REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO – Negara anggota G7 bertekad memperkeras sanksi terhadap Rusia. G7 berkomitmen memberikan dukungan dan bantuan kepada Ukraina selama hal itu dibutuhkan.
“Tidak boleh ada impunitas untuk kejahatan perang dan kekejaman lainnya seperti serangan Rusia terhadap warga sipil serta infrastruktur sipil kritis. Kami tetap berkomitmen mengintensifkan sanksi terhadap Rusia, mengoordinasikan, dan menegakkan sepenuhnya,” kata para menteri luar negeri (menlu) negara anggota G7 dalam komunike yang dirilis pasca pertemuan tertutup mereka di Karuizawa, Jepang, Selasa (18/4/2023).
Dalam komunike tersebut, para menlu G7 pun menegaskan akan terus menyediakan bantuan bagi Ukraina untuk mempertahankan diri melawan Rusia. Mereka sempat menyinggung pula tentang keputusan Rusia yang hendak mengerahkan senjata nuklir taktis ke negara sekutunya, Belarusia.
“Retorika nuklir Rusia yang tidak bertanggung jawab dan ancamannya untuk menyebarkan senjata nuklir di Belarusia tidak dapat diterima,” kata menlu G7.
Para menlu G7 menyampaikan, pertemuan mereka di Jepang menandai momen penting dalam merespons serangan Rusia ke Ukraina serta ancaman Cina, terutama terkait manuvernya di Selat Taiwan. Mereka menilai dua krisis itu merupakan tantangan terhadap tatanan internasional berbasis aturan pasca Perang Dunia II.
Menlu negara anggota G7 mengatakan, perdamaian dan stabilitas Cina-Taiwan di Selat Taiwan adalah elemen yang sangat diperlukan dalam keamanan serta kemakmuran masyarakat internasional. Mereka menyerukan Cina dan Taiwan dapat menyelesaikan perselisihan secara damai.
Dalam komunike, para menlu G7 pun menyerukan Cina menahan diri serta tak melakukan paksaan dan intimidasi terhadap Taiwan. Menlu G7 juga menyoroti aktivitas pengujian rudal Korea Utara (Korut).
“Kami menuntut Korut menahan diri dari tindakan destabilisasi atau provokatif lainnya, termasuk uji coba nuklir lebih lanjut atau peluncuran yang menggunakan teknologi rudal balistik,” kata menlu G7 dalam komunikenya.
Mereka memperingatkan, Korut bakal memperoleh respons yang kuat jika terus melakukan uji coba rudal balistik. “Termasuk langkah-langkah signifikan lebih lanjut yang akan diambil oleh Dewan Keamanan PBB,” kata mereka.