REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken pada Senin (17/4/2023) menyerukan kepada dua jenderal Sudan paling kuat untuk mewujudkan gencatan senjata saat pertempuran semakin sengit di tengah perebutan kekuasaan antara dua faksi militer yang berseteru.
Pertempuran dimulai pada Sabtu (15/4/2023) antara tentara nasional Sudan dengan paramiliter Pasukan Pendukung Cepat (RSF) di ibukota Khartoum dan wilayah sekitarnya.
Blinken berbicara secara terpisah melalui sambungan telepon dengan Jenderal Abdel Fattah al Burhan, komandan Tentara Nasional Sudan, dan Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo, yang dikenal dengan "Hemedti," komandan RSF, menurut pernyataan yang dikeluarkan Departemen Luar Negeri AS.
Blinken menekankan pentingnya mencapai gencatan senjata untuk mengizinkan pengiriman bantuan kemanusiaan dan membolehkan masyarakat internasional di ibukota Khartoum guna memastikan kehadiran mereka aman, menurut pernyataan itu.
Dia mengungkapkan "keprihatinan mendalam" atas banyaknya korban tewas dan korban luka dari warga sipil Sudan akibat pertempuran yang berkelanjutan dan tanpa pandang bulu, tambah pernyataan itu.
Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), jumlah korban tewas mencapai 180 dan 1.800 lainnya menderita luka di pertempuran terbaru antara dua kelompok militer yang bertikai.