REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Pengacara Alexei Navalny mengatakan tokoh oposisi Rusia itu kemungkinan akan didakwa dengan pasal baru setelah dipaksa melanggar peraturan di penjara keamanan maksimum di mana sekarang ia ditahan. Hal ini Vadim Kobzev sampai di media sosial Twitter.
Pada Selasa (18/4/2023) Kobzev mengatakan seorang narapidana dengan kebersihan yang buruk di tempatkan di sel Navalny sebagai "provokasi" saat ia sedang melakukan pekerjaan penjara. Tokoh politik itu pun tidak memiliki pilihan lain selain menyeretnya keluar.
Ia diberitahu Navalny akan didakwa membantah pihak berwenang penjara. Kobzev mengatakan hukuman pelanggaran itu maksimal lima tahun penjara.
Lembaga pemasyarakatan yang pernah membantah tuduhan penganiayaan tidak dapat dimintai komentar. Navalny sudah divonis 11 setengah tahun penjara di penjara IK-6 yang terletak 240 kilometar di timur Moskow atas pasal penipuan dan penghinaan pada paradilan.
Ia menegaskan vonisnya hanya upaya rezim untuk membungkamnya. Pada Kamis (13/4/2023) lalu juru bicaranya mengatakan Navalny mengalami sakit perut dan dikhawatirkan karena racun.
Dua hari sebelumnya, di akun Twitter yang dikelola rekan-rekannya, Navalny disebutkan akan dipindah ke sel soliter dan dipaksa menghadapi kondisi "sangat buruk."
Kobzev mengatakan hukuman itu merupakan hukuman penjara ke-13 Navalny sejak ia ditangkap saat pulang dari Jerman pada 2021 lalu. Di mana ia menjalani perawatan setelah di racun di Rusia dengan racun yang menurut pakar Barat adalah racun saraf era Uni Soviet.
Kremlin membantah bertanggung jawab atas peristiwa tersebut. Navalny menarik perhatian setelah mengungkapkan kekayaan pejabat senior Rusia dalam video yang banyak ditonton.
Pertama kalinya ia menyalurkan ketidakpuasan masyarakat terhadap rezim Vladimir Putin. Pemimpin tak tergoyahkan Rusia selama 23 tahun terakhir.
Tapi Yayasan Anti-Korupsi yang Navalny dirikan dianggap kelompok "ekstremis." Para pemimpin lain yayasan itu diasingkan dan semua pembangkan politik telah ditekan Kremlin.