REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir, menilai penting bagi rumat Islam untuk menghayati makna Idul Fitri. Pada momen Idul Fitri saat ini seharusnya umat Islam mampu menjadi insan yang bertakwa.
"Takwa yang terimplementasi di dalam keyakinan akhlak, relasi sosial, keumatan, kebangsaan yang membawa pada kebajikan yang terbaik. Artinya bahwa yang harus menjadi fokus kita umat Islam dan para tokohnya itu bukan lagi memperbincangkan perbedaan, karena itu sering terjadi," kata Haedar saat ditemui usai sholat Idul Fitri di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Jumat (21/4/2023).
"Maka bagaimana implementasi taqwa dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara bahkan dalam relasi kemanusiaan global. Sehingga unat islam itu menjadi umat yang terbaik," katanya.
Ia mengatakan, jika masih merasa perbedaan ini masalah, maka ia mengimbau untuk sama-sama mencari akarnya. Menurutnya menyatukan hisab dan rukyah merupakan hal yang susah lantaran dua metode tersebut tidak bisa dipisahkan.
"Jika kita ingin keluar dari ini maka kita menuju pada kesepakatan global yakni ada kalender islam global tunggal sebagaimana sudah disepakati dalam konferensi negara dan organisasi islam sedunia tahun 2016," ungkapnya.
Haedar juga mengajak umat Islam untuk menyikapi perbedaan secara dewasa dan tasamuh. Ia berharap agar umat yang merayakan Idul Fitri hari ini tidak dianggap bertentangan dengan pemerintah. "Karena ini urusan ijtihad," ujarnya.
Ia juga berpesan agar tidak menjadikan perbedaan titik perbincangan. Selain itu dirinya juga menghargai Menteri Agama yang pada tahun ini menunjukan sikap kearifan, serta memberi keleluasan. Bahkan para pejabat negara juga mengimbau fasilitas negara bisa digunakan untuk Idul Fitri baik hari ini maupun besok.
"Jika ada satu lapangan, baik milik pemerintah maupun milik masyarakat dilakukan dua sholat Idul Fitri insya Allah berkah, jadi tidak ada masalah yang penting hati kita menjadi insan-insan bertaqwà," ungkapnya.