REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam tradisi halalbihalal, ada momen saling bermaafan yang kerap terjadi. Psikiater dari Pusat Kesehatan Jiwa Nasional RS Jiwa Marzoeki Mahdi Bogor, dr Lahargo Kembaren SpKJ, menyampaikan bahwa memaafkan memiliki banyak manfaat bagi kesehatan jiwa.
"Minta maaf tidak menunjukkan bahwa satu pihak salah dan yang lain benar. Meminta maaf menunjukkan bahwa seseorang berhasil menguasai situasi jadi lebih baik dan menyadari bahwa nilai sebuah hubungan lebih berharga dari ego pribadi," ujar Lahargo kepada Republika.co.id, Jumat (21/4/2023).
Saat memaafkan, seseorang tidak mengubah masa lalu, tapi justru sedang mengubah masa depan menjadi lebih tenang, lebih jernih, lebih teratur, dan lebih hangat. Menurut Lahargo, minta maaf dan memaafkan memang tidak menghilangkan masa lalu yang pahit.
Akan tetapi, itu menunjukkan seseorang mampu menerima masa lalu tersebut dengan cara berbeda untuk masa depan yang lebih baik. Manfaat memaafkan untuk kesehatan mental salah satunya adalah memampukan seseorang mengontrol stres dengan lebih baik.
Sebaliknya, memendam perasaan marah, kesal, sedih, benci, dan agresif dapat membuat tubuh terus menerus mengeluarkan kortisol atau hormon stres. Itu bisa membuat kondisi kesehatan fisik dan jiwa menjadi terganggu.
Kedua, Lahargo menjelaskan bahwa memaafkan dapat mengaktifkan sistem saraf parasimpatis yang akan membuat jantung, pernapasan, dan pencernaan menjadi lebih rileks, santai, dan tenang. Sementara, marah dan kebencian mengaktifkan sistem saraf simpatis. Bila berkelanjutan, itu dapat membuat jantung berdetak lebih kencang, napas cepat, dan pencernaan terganggu.
"Hal ini dapat mengganggu kesehatan fisik dan mental, tapi dengan memaafkan, dapat terjadi keseimbangan antara sistem saraf simpatis dan parasimpatis," ungkap Lahargo.