REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Sebanyak tujuh bus yang mengangkut 300 warga negara Filipina bergerak meninggalkan Sudan menuju Mesir dengan memanfaatkan masa gencatan senjata selama 72 jam. Kementerian Luar Negeri Filipina (DFA) pada Rabu (26/4/2023) mengatakan 80 warga Filipina telah meninggalkan Sudan, termasuk 50 orang dari kloter pertama yang sudah lebih dahulu diungsikan.
"Hingga Rabu pagi waktu Sudan, setidaknya tujuh bus tambahan sedang menuju Mesir dengan mengangkut paling sedikit 300 warga Filipina," kata Wakil Menlu Filipina Eduardo Jose de Vega.
De Vega memberikan jaminan kepadapara pengungsi yang tiba di perbatasan bahwa Kedutaan Besar Filipina di Mesir sedang berusaha semaksimal mungkin membantu warganya meninggalkan Sudan.
Mereka juga berkoordinasi dengan Kemlu Mesir dalam memfasilitasi kehadiran sementara pengungsi di negara Arab tersebut. "Masalah yang kita hadapi adalah lamanya proses di perbatasan Mesir yang memakan waktu lebih dari satu hari. Kedutaan kami tengah mengirimkan tim untuk mengatasi masalah tersebut," kata de Vega
Kedubes Filipina juga berupaya mengirimkan tim bantuan di Wadi Halfa dan Port Sudan guna memberikan bantuan konsuler lebih jauh lagi dalam mengungsikan warga Filipina, termasuk mendatangkan bus lebih banyak lagi.
"Kedutaan besar terus memantau perkembangan di Sudan; terus mengupayakan pemulangan sejumlah warga Filipina dan juga sedang berkomunikasi dengan para pengungsi untuk memastikan keselamatan mereka," kata Juru bicara DFA Teresita Daza.
Sementara itu, Kedutaan Besar Perancis di Manila mengungkapkan operasi repatriasi oleh negaranya di Sudan berhasil mengevakuasi beberapa warga Filipina dari negara Afrika tersebut.
Perancis berkomitmen kepada "solidaritas di lapangan dengan menjawab panggilan dari mitra-mitra Eropa dan negara-negara sekutu lainnya yang melaporkan keberadaan warga negara mereka di Sudan".
Sedikitnya 740 warga Filipina terdata di Sudan yang 350 di antaranya ingin kembali ke Filipina. DFA mengatakan mayoritas dari 740 orang tersebut adalah tenaga profesional, pegawai perusahaan pertanian, mahasiswa dan penyedia jasa pekerjaan rumah tangga.
Sejauh ini, tidak ada warga Filipina yang tewas dalam konflik antara Tentara Nasional Sudan dan pasukan paramiliter Pasukan Pendukung Cepat (RSF) yang pecah 15 April lalu.