Jumat 28 Apr 2023 08:36 WIB

Clubhouse Berhentikan Lebih dari Setengah Tenaga Kerjanya

Pascapandemi Clubhouse berjuang untuk tetap relevan.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Indira Rezkisari
Aplikasi Clubhouse.
Foto: Clubhouse/Google Play Store.
Aplikasi Clubhouse.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Aplikasi Clubhouse memberhentikan lebih dari 50 persen karyawannya. Salah satu pendiri aplikasi, Paul Davison dan Rohan Seth, membagikan berita tersebut dalam sebuah memo kepada karyawan.

Mereka juga menekankan perlunya mengatur ulang perusahaan di era pasca-Covid. “Saat dunia terbuka pasca-Covid, semakin sulit bagi banyak orang untuk menemukan teman mereka di Clubhouse dan memasukkan percakapan panjang ke dalam kehidupan sehari-hari mereka,” tulis para pendiri, dilansir The Verge, Jumat (28/4/2023).

Baca Juga

“Untuk menemukan perannya di dunia, produk perlu berevolusi. Ini membutuhkan periode perubahan.”

Dalam memo mereka, Davison dan Seth mengatakan bahwa mereka tidak dapat melakukan sesuatu dengan ukuran tim Clubhouse saat ini. Mereka mencatat bahwa sulit untuk mengomunikasikan strategi ke tim lintas fungsi dan membuat perubahan cepat ketika masing-masing lapisan dimiliki oleh tim produk yang berbeda. Mereka percaya tim yang lebih kecil perlu berfokus pada produk.

Clubhouse pertama kali muncul sebagai aplikasi khusus undangan di tengah pembatasan sosial terkait Covid-19 pada tahun 2020. Selama ini unduhan melonjak karena pengguna mencari cara jarak jauh untuk bertemu dengan teman. Kemunculan aplikasi ini bahkan mendorong beberapa klon dari perusahaan lain, seperti Twitter Spaces, Facebook Live Audio Rooms, dan Spotify Live (yang sejak itu telah ditutup).

Namun, Clubhouse telah berjuang untuk tetap relevan sejak saat itu, dengan Twitter Spaces sebagian besar mengambil alih ruang khusus audio. Saat Clubhouse ingin berevolusi untuk beradaptasi dengan lanskap teknologi yang berubah, aplikasi meluncurkan fitur yang disebut “Houses” Agustus lalu.

Houses digambarkan sebagai ruang obrolan khusus tempat pengguna dapat mendapatkan teman baru melalui grup teman mereka yang ada dalam pengaturan yang lebih intim. “Kami memiliki visi yang jelas tentang seperti apa Clubhouse 2.0 dan kami percaya bahwa dengan tim yang lebih kecil dan lebih ramping, kami akan dapat mengulangi detail lebih cepat, membangun produk yang tepat, dan menghormati rekan tim kami yang membantu kami sampai di sini,” kata Davison dan Seth.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement