REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Tak lama setelah Rusia menginvasi Ukraina, pejabat antariksa Rusia mengatakan negara itu akan meninggalkan kemitraan Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) setelah 2024, sehingga dapat fokus membangun pos terdepannya sendiri di orbit rendah Bumi.
Namun, tanggal keberangkatan yang tidak jelas itu membuka kemungkinan bahwa Rusia akan benar-benar bertahan selama beberapa tahun lagi.
“Rusia telah mengonfirmasi akan mendukung operasi stasiun lanjutan hingga 2028,” tulis pejabat Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) dalam pembaruan, dilansir dari Space.
Pembaruan tersebut menambahkan mitra ISS utama lainnya, yakni badan antariksa Eropa, Kanada, dan Jepang, telah menandatangani kontrak hingga tahun 2030. Mereka bergabung dengan NASA dalam komitmen untuk laboratorium yang mengorbit hingga akhir masa operasionalnya.
Sebelumnya mitra ISS mulai membangun laboratorium yang mengorbit pada tahun 1998, dan terus ditempati oleh kru astronaut yang bergilir sejak November 2000. Selama waktu itu, 266 orang dari 20 negara berbeda telah mengunjungi ISS dan melakukan lebih dari 3.300 percobaan dalam kondisi gayaberat mikro yang unik, menurut pejabat NASA.
Pejabat agensi dalam pembaruan hari ini menulis bahwa sekarang, dalam dekade ketiga operasinya, stasiun tersebut berada dalam dekade hasil ketika platform dapat memaksimalkan hasil ilmiahnya.
“Hasil bertambah, manfaat baru terwujud, dan demonstrasi penelitian dan teknologi inovatif dibangun di atas pekerjaan sebelumnya,” tulis pejabat agensi.
Meskipun ISS masih memiliki sisa kehidupan yang cukup lama di dalamnya, NASA sudah bersiap untuk menyerahkan tongkat estafet di orbit rendah Bumi (LEO). Badan tersebut mendanai pengembangan beberapa konsep stasiun ruang angkasa swasta, dengan harapan bahwa setidaknya satu dari mereka akan berdiri dan berjalan sebelum ISS berakhir dengan masuk kembali ke atmosfer Bumi.