REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Industri keuangan syariah global diperkirakan tumbuh sekitar 10 persen pada 2023-2024 meskipun terjadi perlambatan ekonomi. Di Asia Tenggara, industri perbankan syariah kemungkinan akan tumbuh sekitar delapan persen selama beberapa tahun ke depan, meskipun terjadi perlambatan ekonomi di pasar utama Malaysia dan Indonesia.
“Permintaan yang kuat untuk produk dan layanan Islami serta penetrasi yang masih rendah, khususnya di Indonesia, mendukung tren ini. Di kedua pasar tersebut (Malaysia dan Indonesia), kami memperkirakan perbankan syariah akan terus mendapatkan pangsa pasar karena pertumbuhannya melebihi perbankan konvensional,” kata S&P Global dikutip pada Rabu (3/5/2023).
Dalam laporannya, S&P menilai akan ada tren penerbitan sukuk hijau atau yang terkait dengan isu keberlanjutan. Tren ini dipengaruhi oleh upaya emiten yang berusaha memenuhi permintaan investor dan negara-negara inti keuangan Islam berupaya mengurangi jejak karbon mereka dan mendukung transisi energi global.
“Banyak negara keuangan Islam mengejar strategi untuk membantu mereka bertransisi ke ekonomi yang lebih hijau. Kami percaya ini menunjukkan potensi pertumbuhan untuk penerbitan sukuk hijau dan berharap untuk melihat aktivitas yang lebih besar di ruang ini karena emiten menarik minat investor global,” kata laporan itu.