REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Dinamika politik menuju gelaran Pilpres 2024 makin menghangat. Setelah sempat anjlok gara-gara menolak kehadiran tim Israel dalam Piala Dunia U-20, elektabilitas Ganjar Pranowo kembali naik tipis. Hal itu terjadi usai PDIP mendeklarasikan Ganjar sebagai capres menjelang Lebaran.
Temuan survei Indonesia Elections and Strategic (indEX) Research menunjukkan elektabiltas Ganjar naik dari 21,4 persen pada survei akhir Maret 2023 menjadi 22,1 persen. Posisi unggul tetap diduduki oleh Prabowo Subianto yang melejit elektabilitasnya hingga mencapai 24,8 persen.
Sementara itu Anies menyusul pada peringkat ketiga dengan elektabilitas sebesar 18,2 persen. Dengan tren tersebut, Prabowo berpeluang berhadapan dengan Ganjar jika masing-masing diusung sebagai capres, dan kemungkinan Prabowo bisa menang terhadap Ganjar.
“Prabowo dan Ganjar berpotensi maju sebagai capres, dan dalam skenario head-to-head Prabowo berpeluang menang melawan Ganjar,” ungkap Direktur Eksekutif indEX Research Vivin Sri Wahyuni dalam siaran pers di Jakarta, pada Sabtu (6/5).
Menurut Vivin, peta politik tampak bergejolak dalam dua bulan terakhir. Sebelumnya Ganjar yang terus mendapatkan endorsment dari Presiden Jokowi yang berbuah pada tren kenaikan elektabilitas, tiba-tiba dihadapkan pada dilema loyalitas kepada sikap politik elite PDIP.
Pilihan Ganjar untuk tunduk pada arahan partai terkait Piala Dunia U-20 memberikan konsekuensi elektoral, dengan merosotnya elektabilitas secara tajam. “Jokowi pun cenderung mengalihkan dukungan kepada Prabowo dan mendorong terbentuknya koalisi besar,” tegas Vivin.
Koalisi besar itu bakal menyatukan partai-partai yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) dan koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR). “Dihadapkan pada situasi tersebut, PDIP mengambil keputusan untuk mempercepat deklarasi pencapresan Ganjar,” lanjut Vivin.
Langkah politik PDIP sukses mencegah turunnya elektabilitas Ganjar lebih dalam, bahkan berhasil sedikit mengungkit, meskipun tidak setinggi capaian sebelumnya. Pencapresan Ganjar juga tidak hanya membendung laju koalisi besar, tetapi berpotensi membuyarkan peta semua koalisi.
“Dalam beberapa waktu ke depan, rivalitas antara Prabowo dan Ganjar berpeluang makin keras, jika rencana merger koalisi besar dengan PDIP tetap didorong, di mana baik Prabowo maupun Ganjar berebut tiket capres dan enggan menjadi sekadar cawapres,” Vivin menjelaskan.
Jika melihat tren dalam setengah tahun terakhir, unggulnya Prabowo terhadap Ganjar membuat skenario Prabowo sebagai cawapres Ganjar semakin tidak mungkin. “Bahkan Prabowo berpeluang menang saat head-to-head atau berhadapan dengan Ganjar,” tandas Vivin.
Kemungkinan berubahnya peta koalisi juga bisa mengancam peluang Anies melaju sebagai capres. “Partai-partai yang tergabung dalam Koalisi Perubahan bisa menjadi sasaran tarik-menarik koalisi yang lain, apalagi siapa cawapres Anies pun masih belum diputuskan,” ujar Vivin.
Sebut saja, ketua umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono yang tengah didekati oleh partai-partai di luar Koalisi Perubahan. Sejauh ini elektabilitas AHY cenderung stabil di papan tengah, dengan raihan saat ini sebesar 5,0 persen.
Perebutan tiket cawapres cukup sengit, selain AHY ada pula Sandiaga Uno yang digadang-gadang bakal mendampingi Ganjar dengan dukungan PPP. Elektabilitas Sandi sendiri naik tipis menjadi 4,1 persen.
“Yang mengejutkan adalah naiknya elektabilitas Puan Maharani hingga 3,5 persen, tipis di atas Ridwan Kamil (3,3 persen),” papar Vivin. Menariknya, tren menguatnya Puan terjadi ketika Ganjar tengah menghadapi tantangan penurunan elektabilitas.
“Hal ini bisa diartikan bahwa terjadi perpindahan sebagian pendukung Ganjar kepada Puan, yang notabene sama-sama kader PDIP,” ulas Vivin. Pilihan yang logis bagi pemilih PDIP, lanjut Vivin, dibanding mengalihkan dukungan kepada Prabowo yang berasal dari Gerindra.
Nama-nama lain yang masuk bursa Pilpres antara lain Erick Thohir (2,7 persen), Khofifah Indar Parawansa (2,4 persen), dan Gibran Rakabuming Raka (2,1 persen). “Masuknya nama Gibran makin meramaikan para penantang Ganjar dari kalangan internal PDIP,” pungkas Vivin.
Lalu ada Airlangga Hartarto (1,5 persen), Mahfud MD (1,1 persen), dan Andika Perkasa (1,0 persen). Terakhir Yenny Wahid (1,0 persen), sedangkan nama-nama lain memiliki elektabilitas di bawah 1 persen, dan sisanya menyatakan tidak tahu/tidak jawab 6,6 persen.
Survei Index Research dilakukan pada 28 April-2 Mei 2023 terhadap 1200 orang yang dilakukan melalui telepon. Sampel dipilih melalui metode random digit dialing (RDD) atau pembangkitan nomor telepon secara acak. Margin of error survei sebesar ±2,9 persen, pada tingkat kepercayaan 95 persen.