REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sebagaimana orang beriman yang juga mempunyai tingkatan-tingkatan, maka demikian halnya dengan orang berdzikir. Ada pula kriterianya.
Imam Nawawi menjelaskan tentang kriteria ahli dzikir dalam kitabnya, Al-Adzkaar. Pemaparannya diawali dengan mengutip firman Allah SWT:
إِنَّ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْقَانِتِينَ وَالْقَانِتَاتِ وَاللصَّادِقِينَ وَالصَّادِقَاتِ وَالصَّابِرِينَ وَالصَّابِرَاتِ وَالْخَاشِعِينَ وَالْخَاشِعَاتِ وَالْمُتَصَدِّقِينَ وَالْمُتَصَدِّقَاتِ وَالصَّائِمِينَ وَالصَّائِمَاتِ وَالْحَافِظِينَ فُرُوجَهُمْ وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِيينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
"Sungguh, laki-laki dan perempuan Muslim, laki-laki dan perempuan mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar." (QS Al Ahzab ayat 35)
Dalam hadits juga disebutkan mengenai ahli dzikir, yaitu sebagai berikut:
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : «سبق المُفَرِّدُونَ» قالوا: وما المُفَرِّدُونَ ؟ يا رسول الله قال: « الذاكرون الله كثيرا والذاكراتِ»
Dari Abu Hurairah RA, Nabi Muhammad SAW bersabda, "Orang-orang yang mufarrid telah mendahului (keberhasilannya)." Mereka bertanya, "Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan mufarridun?"
Beliau SAW menjawab, "Mereka adalah laki-laki dan perempuan yang banyak berdzikir kepada Allah." (HR Muslim)
Imam Nawawi menjelaskan, lafadz mufarridun juga diriwayatkan dengan lafadz mufriduun. Namun yang populer ialah pendapat yang dikatakan jumhur ulama yaitu yang mamakai tasydid, yakni mufarridun.
Para ulama berbeda pendapat dalam menafsirkan Surat Al Ahzab ayat 35 itu. Imam Abul Hasan al-Wahidi yang menukil dari Ibnu Abbas RA, mengatakan bahwa yang dimaksud ayat tersebut ialah mereka yang berdzikir kepada Allah SWT setelah sholat, di pagi dan petang hari, di tempat tidur, ketika bangun dari tidur, dan ketika meninggalkan rumahnya di pagi atau siang hari.
Sedangkan Mujahid, menyampaikan bahwa lelaki dan perempuan belum termasuk ahli dzikir kecuali jika dia berdzikir kepada Allah SWT baik dalam keadaan berdiri, duduk ataupun berbaring.
Ulama lain dari generasi tabiin, Atha bin Abi Rabbah, berpendapat, "Siapa yang mengerjakan sholat lima waktu dengan memenuhi semua haknya, berarti dia termasuk dalam orang-orang yang disebutkan dalam ayat 35 Surat Al Ahzab, yakni "Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut nama Allah." (QS Al Ahzab ayat 35)
Baca juga: 22 Temuan Penyimpangan Doktrin NII di Pesantren Al Zaytun Menurut FUUI
Syekh Imam Abu Amr ibn Ash-Shalah pernah ditanya soal batasan yang menjadikan seseorang termasuk ahli dzikir. Dia berkata, "Jika seseorang melestarikan dzikir-dzikir yang matsur di pagi hari dan petang hari dalam waktu dan keadaan yang berbeda-beda di siang dan malam hari, maka dia termasuk golongan lelaki dan perempuan yang banyak berdzikir kepada Allah."
Adapun dzikir ma'tsur adalah dzikir yang dinukil oleh pentasyri yakni Nabi Muhammad SAW. Jika ada yang bertentangan, maka yang lebih diutamakan adalah yang paling sah sanadnya. Adapun dzikir yang bersumber dari para sahabat, kedudukan dzikir dari sahabat itu sama dengan yang datang dari Nabi Muhammad SAW, seperti dzikir tawaf.