REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Uni Emirat Arab (UEA) mengatakan, bahwa negara-negara di dunia harus setuju untuk menghentikan emisi bahan bakar, bukan menyetop produksi minyak, gas, dan batu bara. Hal itu UEA sampaikan pada konferensi perubahan iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), COP28, mendatang dimana UEA akan menjadi tuan rumah pada Desember ini.
Komentar tersebut mencerminkan perpecahan yang mendalam antar negara tentang bagaimana memerangi pemanasan global menjelang COP28. Beberapa pemerintah Barat yang kaya dan negara kepulauan yang terkena dampak iklim telah mendorong penghapusan bahan bakar fosil. Sementara negara kaya sumber daya berkampanye untuk tetap melakukan pengeboran.
Menteri Perubahan Iklim dan Lingkungan UEA Mariam Almheir kepada Reuters dalam sebuah wawancara dan dilansir Zawya pada Rabu (10/5/2023), mengatakan, penghentian bahan bakar fosil secara bertahap akan merugikan negara-negara yang bergantung pada mereka atau tidak dapat dengan mudah menggantinya dengan sumber terbarukan. Dia lebih menyukai penghapusan emisi bahan bakar fosil secara bertahap.
Langkah itu dapat ditempuh menggunakan teknologi penangkapan dan penyimpanan sambil meningkatkan energi terbarukan. Menurut Almheiri, strategi ini memungkinkan negara-negara melawan pemanasan global sambil terus memproduksi minyak, gas, dan batu bara. "Ruang terbarukan maju dan berakselerasi dengan sangat cepat, tetapi kami sama sekali tidak dapat mengatakan bahwa kami dapat mematikan bahan bakar fosil dan hanya bergantung pada energi bersih dan terbarukan," kata Almheiri di sela-sela Misi Inovasi Pertanian (AIM) untuk konferensi Iklim di Washington.