Selasa 16 May 2023 16:22 WIB

KTT G7 Perlihatkan Rekonsiliasi Diplomatik tak Biasa Antara Jepang-Korsel

Para pemimpin Jepang dan Korsel berupaya untuk terus memperbaiki hubungan

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol (kanan) dan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida melambai saat upacara penyambutan pemimpin Jepang di kantor kepresidenan di Seoul, Ahad (7/5/2023). Kishida berada di Korea Selatan untuk kunjungan dua hari untuk mempererat hubungan antara kedua negara.
Foto: EPA-EFE/YONHAP SOUTH KOREA OUT
Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol (kanan) dan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida melambai saat upacara penyambutan pemimpin Jepang di kantor kepresidenan di Seoul, Ahad (7/5/2023). Kishida berada di Korea Selatan untuk kunjungan dua hari untuk mempererat hubungan antara kedua negara.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Group of  Seven (G7) akhir pekan ini akan memperlihatkan rekonsiliasi diplomatik yang tidak biasa. Para pemimpin Jepang dan Korea Selatan (Korsel) berupaya untuk terus memperbaiki hubungan permusuhan dan pertengkaran selama bertahun-tahun.

Sejarah yang rumit dan sengit selama berabad-abad yang berpuncak pada penjajahan Jepang yang brutal di Semenanjung Korea pada 1910-1945 telah menghasilkan lebih banyak kewaspadaan daripada persahabatan. Sebagian besar dari perubahan hubungan yang tiba-tiba baru-baru ini adalah fokus bersama pada agresivitas Cina, ancaman persenjataan rudal berkemampuan nuklir Korea Utara (Korut) yang berkembang pesat.

Baca Juga

Beberapa dorongan diplomatik oleh Amerika Serikat (AS) yang memberikan perlindungan militer bagi kedua sekutunya juga membuat kondisi membaik.

"Tokyo dan Seoul memahami bahwa kelangsungan hidup mereka, baik secara nasional maupun politik, bergantung pada menundukkan diri mereka sendiri pada prioritas global dan regional pemerintahan Presiden AS Joe Biden,” menurut dosen kajian Asia Timur di Stanford University Daniel Sneider.

Undangan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida untuk Presiden Korsel Yoon Suk-yeol untuk menjadi tamu pada pembicaraan G7 di Hiroshima hanyalah tanda terbaru dari hubungan ini. Momen tersebut mengikuti pertemuan puncak berturut-turut oleh para pemimpin yang tidak pernah terjadi selama bertahun-tahun.

Jepang juga menyetujui permintaan Korsel untuk mengirim tim ahli akhir bulan ini untuk mengunjungi pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima. Tim tersebut dapat melihat persiapan pelepasan air limbah radioaktif telah diolah yang direncanakan ke lautan.

Sedangkan dalam momen pertemuan 19-21 Mei akan memungkinkan para pemimpin untuk memperdalam hubungan yang sedang berkembang. Terlebih lagi dikabarkan Kishida, Yoon, dan Biden berencana untuk bertemu di sela-sela.

Jepang dan Korsel  sama-sama khawatir tentang ketidakpastian geopolitik yang diciptakan oleh invasi Rusia ke Ukraina. Momen itu menimbulkan kekhawatiran tentang agresi serupa Cina di Laut Cina Selatan dan Timur dan terhadap Taiwan. Ditambah lagi Korut juga menggunakan fokus global pada invasi untuk meningkatkan uji coba rudal berkemampuan nuklirnya.

Jepang adalah salah satu dari banyak negara di Asia yang memiliki sengketa teritorial dengan Cina. Kondisi ini menjadi dorongan kuat Kishida untuk menjauhkan Jepang dari prinsip pertahanan diri pasca-Perang Dunia II.

Tahun lalu, Tokyo mengadopsi strategi keamanan nasional baru yang mencakup tujuan memperoleh kemampuan serangan pendahuluan dan rudal jelajah untuk melawan ancaman dari Korut, Cina, dan Rusia. Sikap waspada ini pun diadopsi pula oleh Korsel.

Yoon mungkin menggunakan hubungan yang lebih baik dengan Jepang sebagai cara untuk membentuk aliansi yang lebih kuat dengan AS dalam menanggapi Korut. Pemerintahan Yoon telah memperluas latihan militer gabungannya dengan AS, yang juga mencakup latihan tiga arah dengan Jepang.

“Ada pengakuan yang berkembang (baik di Tokyo dan Seoul) bahwa berbagai masalah keamanan di kawasan ini semakin saling berhubungan,” ujar analis Korsel Sejong Institute Jin Chang-soo.

Dalam gerakan membangun kepercayaan lainnya, Kishida dan Yoon berencana untuk memberikan penghormatan di tugu peringatan Hiroshima untuk korban bom atom Korea. Meskipun ikatan membaik, hingga saat ini tidak ada kepastian berapa lama rekonsiliasi akan berlangsung.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement