REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Agama Islam tak lepas menyoroti perkara detail hidup manusia, termasuk perkara utang-piutang. Meski hukum utang-piutang diperbolehkan, namun bagaimana sesungguhnya Nabi meninggalkan teladan hingga sepeninggalnya? Pernahkah Nabi berutang?
Dalam buku Harta Nabi karya Abdul Fattah As-Samman dijelaskan, Nabi Muhammad tidak sedang meninggalkan utang ketika wafat. Meski dalam sebuah hadis diceritakan bahwa Rasululllah pernah berutang. Diceritakan pula bagaimana Rasulullah pernah berutang tepung dari gandum sebelum meninggal.
Meski pembayaran tepung gandum itu ditangguhkan Nabi, Nabi menyerahkan baju besi sebagai jaminannya. Kemudian beliau meninggal sebelum masa jatuh temponya tiba. Hadis yang dikeluarkan tentang peristiwa ini yaitu gadai zirah, kemudian mensifatinya sebagai utang adalah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari.
Dari Anas bin Maik dan Aisyah diriwayatkan: "Rasulullah SAW pernah membeli makanan dari seorang Yahudi dengan pembayaran yang ditangguhkan. Lalu beliau meminjamkan (gadai). baju besi beliau kepadanya,".
Hadis lainnya yang diriwayatkan Aisyah berbunyi: "Sesungguhnya Rasulullah pernah membeli makanan dari seorang Yahudi dengan pembayaran yang ditangguhkan sampai setahun, kemudian beliau menggadaikan baju besi beliau (sebagai jaminan) kepadanya,".