REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM – Amerika Serikat (AS) menyatakan berupaya keras menormalisasi hubungan Arab Saudi-Israel. Duta Besar AS untuk Israel Thomas Nides mengatakan, langkah tersebut bagian dari memperluas normalisasi dengan negara-negara Arab.
Pemerintahan Presiden Joe Biden ingin terus memperluas Abraham Accord antara Israel dengan negara Arab. Pada September 2020, AS menjadi perantara yang kemudian dikenal sebagai Abraham Accord untuk menjembatani Israel menjalin hubungan dengan negara Arab.
Di antaranya Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, Maroko, dan Sudan.’’Saya bekerja setiap hari dengan Pemerintah Bahrain, Maroko, UEA, Mesir, dan Yordania terkait peningkatan hubungan dengan Israel,’’ kata Nides seperti dilansir laman berita Middle East Monitor, Rabu (17/5/2023).
Salah satu target utamanya adalah Saudi. ‘’Kami ingin melihat normalisasi antara Saudi dan Israel. Kami pikir ini sangat penting dan kami bekerja sama dengan Israel untuk mewujudkannya,’’ kata Nides menegaskan.
Belum ada pernyataan dari Pemerintah Saudi mengenai pernyataan diplomat AS di Israel tersebut.
Pada Senin (15/5/2023), Washington Institute for Near East Policy yang pro-Israel, menyatakan, jajak pendapat baru-baru ini menunjukkan hanya 40 persen warga Saudi mendukung normalisasi hubungan dengan Israel.
Lembaga ini juga menunjukkan data, hanya 20 persen warga Saudi yang menilai Abraham Accords berdampak positif bagi Timur Tengah. Selama ini, Saudi tak memiliki hubungan diplomatic dengan Israel dan menentang normalisasi dengan Israel.
Kecuali, Israel mengakhiri pendudukan di wilayah Palestina yang telah berlangsung selama beberapa dekade. Terdapat enam negara Arab mempunyai hubungan diplomatik dengan Israel. Dimulai dengan Mesir pada 1979.
Kemudian disusul Yordania pada 1994, berlanjut dengan UAE, Bahrain, Maroko, dan Sudan pada 2020.