REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- PT PG Rajawali II Cirebon, Jawa Barat, kembali mengoperasikan Pabrik Gula (PG) Sindanglaut setelah tiga tahun ditutup karena kekurangan bahan baku tebu rakyat.
"Musim giling tahun ini kami kembali mengoperasikan PG Sindanglaut," kata Sekretaris Perusahaan PG Rajawali II Cirebon Karpo Budiman Nursi di Cirebon, Senin (22/5/2023).
Karpo mengatakan dioperasikan kembali PG Sindanglaut ini karena minat petani menanam tebu kembali meningkat. Bahkan pada 2022 masa giling tebu di PG Tersana Baru mencapai 180 hari.
Kondisi tersebut, lanjut Karpo, sangat tidak ideal dan menunjukkan adanya kelebihan bahan baku tebu rakyat yang ada di Kabupaten Cirebon. Sehingga diputuskan untuk kembali membuka atau mengoperasikan PG Sindanglaut, agar dapat menyerap bahan baku tebu dari para petani.
"Pada tahun lalu bahan baku berlebih, efeknya masa giling terlalu panjang yaitu mencapai 180 hari, padahal idealnya itu 120 hari-150 hari," kata dia.
Karpo memastikan selama penutupan PG Sindanglaut, PG Rajawali masih terus merawat peralatan sehingga ketika dibuka kembali perusahaan tidak terlalu besar berinvestasi di pabrik tersebut.
Ia menjelaskan PG Sindanglaut per hari membutuhkan bahan baku tebu sebanyak 1.800 ton tebu untuk diproduksi menjadi gula. Pada saat dilakukan penutupan, tebu petani tidak bisa menutupi kebutuhan.
"Pada 2020, kami memang melakukan penutupan karena bahan baku tidak ada," ujarnya.
Sementara itu, data dari Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon produksi pada tahun 2022, luas lahan perkebunan tebu mencapai luas 4.166,60 hektare. Angka itu mengalami kenaikan sebesar 847,54 hektare dibandingkan pada 2021 yang tercatat hanya seluas 3.670,71 hektare.