REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof H Haedar Nashir beserta jajaran bersilaturahim ke Kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Jalan Kramat Raya 164 Jakarta, Kamis (25/5/2023). Kedatangan PP Muhammadiyah itu diterima langsung oleh Ketum PBNU Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) dan jajarannya.
Kedua organisasi Islam ini melakukan diskusi terkait beberapa hal. "Yang kami bicarakan bahwa setelah kita merasakan, menyaksikan, selama ini bahwa hubungan antara NU dan Muhammadiyah baik, hubungan antarorganisasi maupun hubungan antar jamaah selama ini sudah harmonis. Maka sudah saatnya NU dan Muhammadiyah ini melakukan hal-hal yang lebih kongkrit sebagai kerja bersama antara kedua organisasi," kata Gus Yahya.
Gus Yahya melanjutkan, secara terus terang PBNU menyampaikan kepada KH Haedar bahwa mereka butuh banyak belajar dari Muhammadiyah tentang kebutuhan-kebutuhan riil dari organisasi. Sebagai contoh, pengelolaan lembaga-lembaga layanan dan penataan organisasi dan sebagainya.
"Kalau soal komunikasi langsung sebetulnya sudah biasa, bagaimana kita bersama-sama mencari, membangun strategi untuk menciptakan momentum-momentum sedemikian rupa. Misalnya, soal kebutuhan akan kepemimpinan moral di dalam politik ini, perlu ada perbaikan supaya segala sesuatunya tidak di-drive oleh kepentingan-kepentingan pragmatis. Ada kebutuhan untuk membangun strategi ekonomi bersama agar struktur ekonomi Indonesia lebih berkeadilan dan ada banyak lagi," kata Gus Yahya memaparkan.
Haedar mengatakan, kedua organisasi Islam ini sudah lama sering melakukan dialog. Menurut dia, saat ini keduanya perlu melakukan kerja bersama baik dalam konteks keumatan maupun bagi bangsa.
"Bahkan di level global kami juga memberi apresiasi yang tinggi pada PBNU di bawah pimpinan Gus Yahya yang banyak melakukan terobosan, termasuk aktivitas-aktivitas dialog di kancah internasional sebagai bagian dari mengembangkan dan mewujudkan Islam yang rahmatan lil alamin," ujar Haedar.
Haedar mengatakan, kedua organisasi ini berkumpul untuk berdiskusi tentang kepemimpinan moral terkait dengan Pemilu 2024. Dia mengatakan, kontestasi Pemilu merupakan bagian dari demokrasi yang begitu terbuka di Indonesia.
"Bahkan sebelum KPU membuka pendaftaran saja kan calonnya sudah bermunculan. Itu menunjukkan dinamisnya politik Indonesia, tetapi selain kita berharap bahwa Pemilu 2024 itu luber jurdil, lebih bermartabat, ada visi dan arah moral sekaligus juga visi kebangsaan yang pokok. Sehingga kontestasi itu tidak bersifat politik kekuasaan semata-mata," kata Haedar.
Adapun Gus Yahya menerima langsung kedatangan rombongan PP Muhammadiyah di lantai 3 Gedung PBNU. Setelah pertemuan, para pimpinan kedua ormas Islam terbesar di Indonesia ini membuat pernyataan bersama.
Keduanya sepakat untuk mengedepankan kepemimpinan moral menjelang Pemilihan Umum 2024 mendatang. Menurut Gus Yahya, kepemimpinan moral sangat diperlukan dalam politik agar para politisi tak hanya mengedepankan kepentingan-kepentingan pragmatis.