REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA – Dua visi yang berlawanan untuk masa depan Turki ada dalam surat suara ketika para pemilih kembali ke tempat pemungutan suara pada Ahad (28/5/2023) mendatang, untuk pemilihan presiden putaran kedua.
Dua kandidat yang dipastikan bertanding, pejawat (incumbent) Recep Tayyip Erdogan, seorang pemimpin pro Islam melawan oposisi, Kemal Kilicdaroglu tokoh pro-sekuler dengan dukungan Barat.
Presiden Recep Tayyip Erdogan, seorang pemimpin populis yang telah memerintah Turki selama 20 tahun, berada dalam posisi yang baik untuk menang setelah gagal meraih 50 persen lebih kemenangan pada putaran pertama pemungutan suara pada tanggal 14 Mei.
Dia adalah pemenang utama bahkan ketika negara ini mengalami inflasi yang tinggi dan dampak dari gempa bumi dahsyat pada bulan Februari.
Sementara Kemal Kilicdaroglu, pemimpin partai oposisi utama Turki yang pro-sekuler dan aliansi enam partai, telah berkampanye dengan janji untuk membatalkan kecenderungan otoriter Erdogan.
Mantan birokrat berusia 74 tahun ini menggambarkan pemilihan umum ini sebagai sebuah referendum mengenai arah negara NATO yang terletak di persimpangan jalan antara Eropa dan Asia ini, dan memiliki suara penting dalam ekspansi aliansi.
"Ini adalah perjuangan eksistensial. Turki akan terseret ke dalam kegelapan atau cahaya," kata Kilicdaroglu. "Ini lebih dari sekadar pemilihan umum. Ini telah berubah menjadi sebuah referendum," ujarnya.
Dalam upaya untuk mempengaruhi para pemilih nasionalis menjelang pemungutan suara pada Ahad, Kilicdaroglu yang biasanya bersikap tenang mengubah sikapnya.
Baca juga: Mualaf Theresa Corbin, Terpikat dengan Konsep Islam yang Sempurna Tentang Tuhan
Dia mengeraskan pendiriannya, bersumpah untuk mengirim kembali jutaan pengungsi jika dia terpilih dan menolak kemungkinan negosiasi perdamaian dengan para militan Kurdi.
Tokoh sosial demokrat ini sebelumnya mengatakan bahwa ia berencana untuk memulangkan warga Suriah dalam waktu dua tahun, setelah membangun kondisi ekonomi dan keamanan yang kondusif untuk pemulangan mereka.
Dia juga telah berulang kali meminta 8 juta orang yang tidak memberikan suara pada putaran pertama untuk memberikan suara pada putaran kedua.
Erdogan meraih 49,5 persen suara pada putaran pertama. Kilicdaroglu mendapatkan 44,9 persen.