Senin 29 May 2023 16:41 WIB

Harga Minyak Stabil Usai Kesepakatan Utang AS

Harga minyak dihantui kemungkinan kenaikan suku bunga AS oleh the Fed.

Instalasi minyak di kilang Dangote saat upacara pembukaan di Lagos, Nigeria, Senin, 22 Mei 2023. Harga minyak dibuka stabil pada Senin (29/5/2023) setelah para pemimpin AS mencapai kesepakatan plafon utang
Foto: AP Photo/Sunday Alamba
Instalasi minyak di kilang Dangote saat upacara pembukaan di Lagos, Nigeria, Senin, 22 Mei 2023. Harga minyak dibuka stabil pada Senin (29/5/2023) setelah para pemimpin AS mencapai kesepakatan plafon utang

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga minyak dibuka stabil pada Senin (29/5/2023) setelah para pemimpin AS mencapai kesepakatan plafon utang tentatif. Ini mungkin akanmencegah default di ekonomi terbesar dunia dan konsumen minyak tersebut. Akan tetapi, kekhawatiran tentang kenaikan suku bunga lebih lanjut membatasi kenaikan.

Minyak mentah Brent berjangka naik 14 sen, atau 0,2 persen menjadi 77,09 dolar AS per barel pada 0905 GMT. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate AS berada di 72,88 dolar AS per barel, naik 21 sen, atau 0,3 persen.

Baca Juga

Perdagangan diperkirakan akan tenang pada hari Senin karena hari libur Inggris dan AS. Presiden AS Joe Biden dan Ketua DPR Kevin McCarthy selama akhir pekan membuat kesepakatan untuk menangguhkan plafon utang 31,4 triliun dolar AS dan membatasi pengeluaran pemerintah untuk dua tahun ke depan. Kedua pemimpin menyatakan keyakinannya bahwa anggota partai Demokrat dan Republik akan memberikan suara untuk mendukung kesepakatan tersebut.

Mencapai kesepakatan dan semakin dekat untuk menghindari gagal bayar utang AS memperbaharui minat investor terhadap aset berisiko seperti komoditas. Analis mengatakan kesepakatan sementara telah mengambil tekanan dari pasar, menawarkan reli bantuan dalam aset berisiko, termasuk minyak mentah.

"Kita bisa melihat lebih banyak keuntungan karena reli bantuan sedang berlangsung di pasar keuangan yang lebih luas ketika AS kembali dari akhir pekan Hari Peringatan yang panjang," kata Vandana Hari, pendiri penyedia analisis pasar minyak Vanda Insights.

Namun, analis melihat setiap kenaikan harga minyak dari kesepakatan utang sebagai berumur pendek.

Federal Reserve AS mungkin masih menaikkan suku bunga pada bulan Juni, kata analis IG yang berbasis di Sydney Tony Sycamore. "Tingkat suku bunga AS yang lebih tinggi merupakan angin sakal untuk permintaan minyak mentah," tambahnya.

Sementara itu, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia, yang dikenal sebagai OPEC+, dijadwalkan bertemu pada 4 Juni 2023. Menteri Energi Saudi Abdulaziz bin Salman memperingatkan short-seller yang bertaruh bahwa harga minyak akan jatuh untuk "diwaspadai", dalam kemungkinan sinyal bahwa OPEC+ dapat memangkas produksi lebih lanjut.

Namun, komentar dari pejabat dan sumber perminyakan Rusia, termasuk Wakil Perdana Menteri Alexander Novak, mengindikasikan produsen minyak terbesar ketiga dunia itu condong ke arah membiarkan produksi tidak berubah.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement