Senin 29 May 2023 16:35 WIB

Dolar Melemah karena Kesepakatan Plafon Utang AS Rusak Daya Tarik

AS sespakat menangguhkan plafon utang 31,4 triliun dolar AS hingga 1 Januari 2025.

Potongan tumpukan uang kertas 100 dolar AS berjalan di depan Biro Pengukiran dan Pencetakan Fasilitas Mata Uang Barat di Fort Worth, Texas, 24 September 2013. Presiden AS Joe Biden menyelesaikan perjanjian anggaran dengan Ketua DPR Kevin McCarthy untuk menangguhkan plafon utang 31,4 triliun dolar AS hingga 1 Januari 2025
Foto: AP Photo/LM Otero
Potongan tumpukan uang kertas 100 dolar AS berjalan di depan Biro Pengukiran dan Pencetakan Fasilitas Mata Uang Barat di Fort Worth, Texas, 24 September 2013. Presiden AS Joe Biden menyelesaikan perjanjian anggaran dengan Ketua DPR Kevin McCarthy untuk menangguhkan plafon utang 31,4 triliun dolar AS hingga 1 Januari 2025

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Dolar melemah pada Senin (2/5/2023), turun dari puncak enam bulan terhadap yen karena kesepakatan plafon utang AS mengangkat selera risiko di pasar keuangan dan merusak daya tarik safe-haven greenback. Presiden AS Joe Biden menyelesaikan perjanjian anggaran dengan Ketua DPR Kevin McCarthy untuk menangguhkan plafon utang 31,4 triliun dolar AS hingga 1 Januari 2025 dan mengatakan kesepakatan itu siap untuk dibawa ke Kongres untuk pemungutan suara.

Setelah sempat menyentuh level tertinggi enam bulan di 140,91 yen selama perdagangan Asia, dolar melemah dan terakhir turun sekitar 0,1 persen di 140,50 yen. Indeks dolar, yang mengukur nilai unit AS terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya, juga melemah di sekitar 104,23, tetapi tidak jauh dari puncak dua bulan minggu lalu.

Baca Juga

Kemunduran dalam safe-haven dolar terjadi karena saham dunia menguat di tengah berita positif dari Washington, meskipun perdagangan secara umum tenang dengan beberapa bagian Eropa, termasuk Inggris, pada hari libur. Senin juga merupakan hari libur di Amerika Serikat.

"Reaksi risiko awal kemungkinan besar karena awan default AS telah mundur," kata Charu Chanana, ahli strategi pasar di Saxo Markets di Singapura.

"Tetapi, fokus akan segera beralih ke fakta bahwa mendapatkan kesepakatan hanyalah satu langkah dalam proses dan kesepakatan dari DPR dan Senat pada 5 Juni masih merupakan permintaan besar."

Perjanjian tersebut akan menangguhkan batas utang hingga 1 Januari 2025, membatasi pengeluaran dalam anggaran 2024 dan 2025, dan menarik kembali dana Covid-19 yang tidak terpakai. Selain itu, kesepakatan juga mempercepat proses perizinan untuk beberapa proyek energi dan memasukkan persyaratan kerja tambahan untuk program bantuan pangan bagi orang Amerika yang miskin.

Sentimen dunia yang optimistis mendorong dolar Australia dan Selandia Baru yang sensitif terhadap risiko dari posisi terendah enam bulan minggu lalu. Aussie naik 0,25 persen menjadi 0,6535 per dolar AS, sedangkan kiwi naik 0,26 persen lebih tinggi menjadi 0,6063 per dolar AS.

"Sejauh ini kami mendapat respons positif risiko terhadap berita kesepakatan utang," kata Ray Attrill, kepala strategi FX di National Australia Bank.

Namun, dolar bertahan terhadap mata uang utama lainnya dengan euro 0,1 persen lebih rendah di sekitar 1,0722 per dolar AS, sementara sterling sedikit lebih lemah di 1,2344 per dolar AS.

Menteri Keuangan AS Janet Yellen pada Jumat (26/5/2023) mengatakan, pemerintah akan gagal bayar jika Kongres tidak menaikkan plafon utang pada 5 Juni, setelah sebelumnya mengatakan gagal bayar bisa terjadi paling cepat 1 Juni. Pembicaraan bahwa siklus kenaikan suku bunga AS mungkin tidak akan berakhir secepat yang diharapkan karena tanda-tanda kekuatan ekonomi telah memperkuat dolar bulan ini.

Di tempat lain, lira Turki menyentuh rekor terendah baru di 20,065 per dolar AS setelah Presiden Tayyip Erdogan mengamankan kemenangan dalam pemilihan presiden negara itu pada Ahad. Ini memperpanjang pemerintahannya yang semakin otoriter masuk ke dekade ketiga.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement