REPUBLIKA.CO.ID, MILAN -- Otoritas sepak bola Italia pada Selasa (30/5/2023) menyatakan telah mencapai kesepakatan penyelesaian dengan Juventus dalam sebuah kasus yang berpusat pada dugaan ketidakberesan terkait pembayaran gaji para pemain. Berdasarkan kesepakatan tersebut, Juventus akan membayar denda sebesar 718.000 euro dan tidak akan mengajukan banding dalam kasus olahraga yang sedang berlangsung.
Kesepakatan tersebut berarti bahwa satu-satunya sanksi olahraga yang mereka terima adalah pengurangan 10 poin dari persidangan pertama terkait nilai transfer yang digelembungkan secara artifisial, seperti dikutip dari Football Italia, Selasa (30/5/2023).
FIGC telah menerima kesepakatan yang disetujui oleh Juventus dan Jaksa Penuntut Giuseppe Chiné sehingga Bianconeri tidak akan diberikan pengurangan poin baru, meskipun mantan Presiden Andrea Agnelli menolak kesepakatan tersebut dan akan diadili.
Bianconeri merilis pernyataan resmi setelah keputusan FIGC terbaru, membantah melakukan kesalahan dan menjelaskan mengapa mereka menerima tawaran penyelesaian masalah, yang telah ditolak oleh mantan presiden mereka, Andrea Agnelli.
Namun, pengacara dari mantan ketua Bianconeri dikatakan sedang dalam pembicaraan dengan jaksa Chiné. Jika kedua belah pihak tidak mencapai kesepakatan, Agnelli akan diadili pada 15 Juni.
Presiden FIGC Gabriele Gravina mengatakan pada Selasa bahwa keputusan tersebut adalah 'hasil terbaik' untuk sepak bola Italia.
Berikut petikan pernyataan resmi Juventus
"Perusahaan, sambil menegaskan kembali kebenaran dari tindakannya dan kebenaran dari argumen pembelaannya, telah memutuskan untuk mengajukan penerapan sanksi atas permintaan berdasarkan Pasal 127 CGS dengan persyaratan yang ditunjukkan di atas demi kepentingan terbaik Perusahaan itu sendiri, para pemegang saham, dan semua pemangku kepentingan (baik yang termasuk dalam sistem olahraga maupun yang tidak). Penyelesaian dari semua proses olahraga FIGC yang terbuka memungkinkan Perusahaan untuk mencapai hasil yang pasti, menyelesaikan masalah ini dan mengatasi kondisi ketegangan dan ketidakstabilan yang pasti akan muncul dari kelanjutan perselisihan yang hasil dan waktunya masih belum pasti. Juga memungkinkan manajemen, pelatih tim utama dan para pemain untuk fokus pada kegiatan olahraga dan khususnya pada perencanaan keseluruhan musim depan (terkait dengan kegiatan olahraga dan hubungan bisnis dengan para sponsor, mitra komersial dan keuangan lainnya)."