Selasa 30 May 2023 23:48 WIB

Pesan Imam Malik untuk Sang Murid Imam Syafii: Jangan Padamkan Cahaya dengan Maksiat

Imam Malik memberikan nasihat berharga untuk Imam Syafii terkait ilmu.

Rep: Umar Mukhtar / Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi menuntut ilmu agama. Imam Malik memberikan nasihat berharga untuk Imam Syafii terkait ilmu
Foto: ANTARA/Adeng Bustomi
Ilustrasi menuntut ilmu agama. Imam Malik memberikan nasihat berharga untuk Imam Syafii terkait ilmu

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Imam Malik bernama lengkap Abu Abdullah Malik Ibn Anas Ibn Malik Ibn Abi Amir Ibn Amir bin Haris bin Gaiman bin Kutail bin Amr bin Haris al-Asbahi al-Humairi. Dia adalah guru dari Imam Syafii. Masing-masing mendirikan mazhab fikih tersendiri.

Imam Malik pernah memberikan pujian kepada Imam Syafii, sekaligus juga nasihat. Suatu kali, Syafii duduk di depan Malik dan membaca di hadapannya. Malik pun kagum dengan kepandaian, kecerdasan dan kesempurnaan pemahaman yang ada pada diri Syafii.

Baca Juga

"Sungguh, saya melihat Allah Ta'ala telah menganugerahkan cahaya ke dalam hatimu. Maka janganlah cahaya itu engkau padamkan dengan kegelapan maksiat," kata Malik kepada Syafii, seperti dikutip dari Adabu Thalibil Ilmi (terj Muyassir Hadil Anam). 

Imam Syafi'i kemudian berkata, "Saya melapor kepada Waki' tentang jeleknya hafalan saya, dan dia memberi saya petunjuk supaya meninggalkan maksiat." 

Mendengar hal tersebut, Malik membalasnya dengan berkata, "Ketahuilah, ilmu adalah keutamaan, dan keutamaan Allah itu tidak diberikan kepada orang-orang yang berbuat kemaksiatan." 

Ibnul Qayyim mengatakan, "Kemaksiatan meninggalkan bekas yang jelek dan tercela serta membahayakan hati dan badan, baik di dunia maupun di akhirat yang tidak diketahui kecuali oleh Allah Ta'ala." 

Terkait itu, dikatakan bahwa salah satu hal yang membahayakan adalah terhalangnya ilmu. Sebab, ilmu adalah cahaya yang dimasukkan Allah  SWT ke dalam hati. Dan kemaksiatan adalah yang memadamkan cahaya itu. 

Baca juga: Mualaf Lourdes Loyola, Sersan Amerika yang Seluruh Keluarga Intinya Ikut Masuk Islam

Sebagian orang mungkin beranggapan, begitu banyak orang yang berbuat maksiat atau yang akhlaknya buruk, tetapi mereka begitu mudahnya menerima ilmu yang banyak. 

Abu Hamid mengatakan, sebetulnya mereka jauh sekali dari ilmu yang sesungguhnya, yang bermanfaat di akhirat dan membawa kebahagiaan. 

Karena ciri ilmu yang sejati adalah menyadarkan seseorang atau pelajar itu sendiri bahwa maksiat adalah racun yang membunuh dan menghancurkan. Karena mengetahui itu adalah racun, orang yang berilmu tentu tidak akan meneguknya. 

Ibnu Mas'ud berkata, "Ilmu bukanlah dengan banyaknya berbicara, tetapi ia adalah cahaya yang dimasukkan ke dalam hati." 

Sebagian ulama mengatakan, ilmu adalah rasa takut. Sebagaimana Allah SWT berfirman: 

إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ "Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama." (QS Fathir ayat 28)     

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement