REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Memiliki keterbatasan fisik tidak menyurutkan semangat Agus Yusuf Endang Kresno Raden (57) untuk menunaikan ibadah haji. Jamaah haji asal Kabupaten Madiun, Jawa Timur itu memang terlahir dengan tidak memiliki tangan. Namun ternyata, di balik kekurangan tersebut, Agus dikarunia kelebihan yang luar biasa.
Agus merupakan pelukis kelas internasional yang tergabung dalam Association of Mouth and Foot Painting Artists (AMPFA) yang berpusat di Switzerland. Agus melukis menggunakan mulut dan kaki, sebagai pengganti tangannya. Lukisan-lukisan karya Agus pun kerap menjadi buruan kolektor luar negeri.
"Setiap tahun saya setor ke AMFPA sekitar 10 hingga 12 lukisan. Yang saya utamakan adalah kualitasnya, jadi bukan asal lukisan," ucap jamaah haji yang tergabung dalam Kloter 15 Embarkasi Surabaya tersebut.
Bapak dua anak itu menceritakan awal mula dirinya bisa bergabung dalam AMPFA. Tepatnya pada 1989, saat itu tetangganya membaca pengumuman di majalah HAI. Di situ tertulis bahwa asosiasi tersebut membutuhkan pelukis difabel untuk bergabung bersama.
Agus pun mendaftar, dan diterima. Agus memulai karier di AMFPA dari tingkat awal, yakni student member. Saat ini Agus telah masuk kategori associate member. "Target saya memang menjadi full member yang merupakan tingkat tertinggi. Penilaian tiap tingkat berdasarkan bobot kualitas lukisannya," kata Agus.
Sejak bergabung AMFPA, Agus Yusuf mulai melebarkan sayapnya untuk go international. Dia pun sering mengikuti pameran-pamerang lukisan di berbagai negara. Mulai di negara-negara Asia seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Taiwan, dan Tiongkok, hingga negara Eropa seperti Austria dan Spanyol.
Agus juga bersyukur lantaran dengan bergabung bersama asosiasi internasional tersebut, ia bisa memperoleh gaji. "Alhamdulillah dengan gaji tersebut saya bisa menghidupi anak istri. Anak saya yang pertama kuliah di Universitas Airlangga (Unair), yang kedua masih SMA," ujarnya.
Agus menceritakan, keinginannya mendaftar haji, sebenarnya sudah ada sejak anak-anaknya masih kecil, teparnya pada rentang 2004 hingga 2006. Meskipun, Agus baru berani mendaftar pada 2011. Agus mengatakan, uang yang digunakan untuk mendaftar tersebut adalah hasil dari karya lukisannya.
Dari hasil melukisnya tersebut, Agus tidak saja mampu menunaikan Rukun Islam kelima. Agus juga sudah dua kali berangkat umroh. "Unatuk haji, saya mendaftar pada tahun 2011 dan sempat tertunda keberangkatan hajinya karena pandemi," kata Agus.