Ahad 04 Jun 2023 10:36 WIB

Gelar Pertemuan, OPEC+ Mau Kurangi Produksi Lagi?

OPEC disinyalir akan memangkas produksi hingga 1 juta barel per hari.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Friska Yolandha
Petugas kepolisian mengamankan jelang Pertemuan Organisasi Negara Pengekspor Minyak di markas OPEC di Wina, Austria, 3 Juni 2023.
Foto: EPA-EFE/MAX BRUCKER
Petugas kepolisian mengamankan jelang Pertemuan Organisasi Negara Pengekspor Minyak di markas OPEC di Wina, Austria, 3 Juni 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, VIENNA -- Para pimpinan negara OPEC+ menggelar pertemuan untuk membahas pergerakan pasar minyak mentah dunia di Vienna, Austria, Ahad (4/6/2023). Sumber Reuters menyebutkan bahwa pertemuan kali ini akan membahas soal pemotongan produksi.

Organisasi negara pengekspor minyak disinyalir akan memangkas produksi hingga 1 juta barel per hari. Pengurangan produksi ini merespons penurunan harga minyak yang terjadi beberapa waktu terakhir. OPEC+ sendiri saat ini menyuplai lebih dari 40 persen minyak mentah dunia.

Baca Juga

Pada April kemarin, OPEC+ sudah memutuskan untuk mengurangi produksi hingga 2 juta barel per hari ditambah pengurangan sukarela sebesar 1,6 juta barel per hari. Jika pemotongan produksi 1 juta barel per hari ini disetujui maka total pengurangan produksi global bisa mencapai 4,66 juta barel per hari atau memangkas 4,5 persen kebutuhan dunia.

"Angka ini terlalu dini, kami (belum) membahas hal-hal ini," kata Menteri Perminyakan Irak Hayan Abdel-Ghani sebelum pertemuan, ketika ditanya tentang kemungkinan pemotongan 1 juta barel per hari. 

Biasanya, pemotongan produksi berlaku sebulan setelah disetujui. Akan tetapi para menteri juga dapat menyetujui implementasi selanjutnya. Mereka juga dapat memutuskan untuk mempertahankan output tetap stabil.

Negara-negara Barat menuduh OPEC memanipulasi harga minyak dan merusak ekonomi global melalui biaya energi yang tinggi. Barat juga menuduh OPEC terlalu memihak Rusia meskipun ada sanksi Barat atas invasi Moskow ke Ukraina.

Sebagai tanggapan, orang dalam dan pengamat OPEC mengatakan pencetakan uang Barat selama dekade terakhir telah mendorong inflasi dan memaksa negara penghasil minyak bertindak untuk mempertahankan nilai ekspor utama mereka.

Negara-negara Asia seperti China dan India telah membeli bagian terbesar dari ekspor minyak Rusia dan menolak untuk bergabung dengan sanksi Barat terhadap Rusia.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement