Ahad 04 Jun 2023 16:26 WIB

Khawatir Siklus Menstruasi Berantakan Akibat Diabetes? Ini Saran dari Dokter

Perubahan siklus menstruasi bisa terjadi akibat diabetes.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Reiny Dwinanda
Nyeri haid (ilustrasi). Perempuan diabetes terkadang alami keluhan siklus menstruasi menjadi semakin panjang, semakin pendek, atau tak haid.
Foto: www.pixahive.com
Nyeri haid (ilustrasi). Perempuan diabetes terkadang alami keluhan siklus menstruasi menjadi semakin panjang, semakin pendek, atau tak haid.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada perempuan, diabetes sangat berhubungan dengan siklus menstruasi. Perubahan siklus menstruasi bisa disebabkan oleh kondisi diabetes yang diidap. Begitu pula sebaliknya, siklus menstruasi yang tak teratur merupakan salah satu faktor risiko terjadinya diabetes.

Dokter spesialis penyakit dalam konsultan endokrin, metabolik, dan diabetes, Leny Puspitasari, menjelaskan bahwa pada perempuan pengidap diabetes, terkadang ada keluhan siklus menstruasi menjadi semakin panjang atau semakin pendek. Bahkan, haid bisa tidak muncul.

Baca Juga

Siklus menstruasi merupakan siklus bulanan dan perubahan berkala yang dialami tubuh perempuan guna mempersiapkan kehamilan. Rata-rata perempuan mulai mengalami menstruasi di usia 12 tahun, yang rentangnya bisa berkisar antara 10-16 tahun.

Penghitungan siklus menstruasi yakni mulai hari pertama menstruasi hingga tepat sebelum menstruasi berikutnya, yang normalnya selama 23-35 hari. Sepanjang periode itu, terjadi perubahan hormon, yang dapat memengaruhi kerja insulin dalam tubuh.

Secara umum, estrogen menurunkan resistensi insulin (kerja insulin menjadi baik), dan menurunkan produksi gula di hati. Progesteron menaikkan resistensi insulin (kerja insulin jadi tidak baik).

"Kadar gula darah mengalami perubahan pada sejumlah fase menstruasi yang berbeda," ujar Leny dalam acara "Perempuan Bicara Diabetes" besutan iabetes Initiative Indonesia (DIID) di Prodia Tower, Jakarta Pusat, Ahad (4/6/2023).

Perempuan berhijab yang praktik di Siloam Hospitals Karawaci dan RS Pondok Indah Bintaro Jaya itu menjelaskan naik-turunnya gula darah saat siklus menstruasi. Pada hari 1-10 siklus menstruasi, sensitivitas insulin terbilang normal. Terkadang ada sedikit peningkatan gula darah di awal.

Pada hari 11-14 atau fase ovulasi, gula darah meningkat sesaat selama dua sampai tiga hari. Terjadi peningkatan resistensi insulin, karena peningkatan hormon LH (yang berfungsi mengatur siklus menstruasi dan ovulasi), FSH (hormon yang membantu produksi sel telur di ovarium), dan estrogen.

Di hari 15-20, kadar gula darah relatif stabil. Mendekati menstruasi berikutnya, yakni hari 21-28 siklus menstruasi, terjadi peningkatan gula darah signifikan sekitar tiga sampai tujuh hari sebelum periode menstruasi. Kembali terjadi peningkatan resistensi insulin.

"Ini karena terjadi peningkatan progesteron," kata Leny.

Dia membagikan solusi bagi perempuan yang merasa siklus menstruasinya terganggu. Pertama, dengan cara mencatat periode menstruasi selama tiga sampai enam bulan. Setelah itu, baru diketahui pola menstruasi masing-masing.

Kedua, pelajari pola gula darah dengan cara mencatat kadar gula darah selama minimal dua bulan dan melakukan pengecekan tiap hari, untuk melihat pola perubahan gula darah. Dengan demikian, bisa menentukan apakah ada hubungan antara peningkatan gula darah dengan siklus menstruasi, atau karena hal lain.

"Ketiga, bisa menyesuaikan dosis insulin, tentunya dengan bantuan dokter," ucap Leny.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement