REPUBLIKA.CO.ID, MAGELANG -- Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo mengatakan rencana pemerintah menggabungkan PT Angkasa Pura I dan PT Angkasa Pura II dilakukan agar pengaturan jaringan udara bisa berjalan optimal.
Ia juga menambahkan penggabungan nantinya belum tentu akan dilakukan melalui aksi merger. "Kita melihat AP I dan AP II beroperasi selama ini timur-barat. Kalau kita lihat konsepnya hub and spoke semua. Kita ingin melakukan integrasi, belum tentu merger, sehingga pengaturan hub and spoke udara benar-benar berjalan dengan optimal," kata Tiko, sapaan akrabnya di Magelang, Jawa Tengah, Senin (5/6/2023).
Model hub dan spoke sendiri menghubungkan maskapai penerbangan dari dua titik dan menggabungkan penumpang ke jari-jari yang berbeda dari hub mereka. Model jaringan transportasi hub and spoke merupakan solusi hemat biaya untuk jaringan besar sekaligus mudah dikelola dan memberikan skalabilitas yang lebih baik.
Tiko menjelaskan saat ini ada dua superhub yaitu Jakarta dan Bali juga beberapa hub lainnya seperti Surabaya, Makassar, dan Medan, yang selama ini rutenya tidak diatur secara komprehensif secara nasional. Ia berharap dengan ada integrasi, baik dalam bentuk holding atau merger, maka integrasi hub and spoke akan efektif.
"Dengan nantinya ada integrasi, dalam bentuk holding atau merger, nantinya integrasi hub and spoke ini akan benar-benar efektif sehingga nantinya integrasi antara trafik inbound atau luar negeri dengan trafik domestik bisa kita kerja samakan. Kalau dulu terputus antara barat dan timur seolah-olah dua pengelolaan yang berbeda," imbuh Tiko.
Sebelumnya, pada awal tahun ini, Menteri Erick Thohir menyebut akan ada lebih banyak aksi korporasi berupa konsolidasi atau merger untuk menggabungkan BUMN dengan model bisnis yang sama. Hal tersebut tercantum dalam peta jalan atau roadmap BUMN fase kedua untuk periode 2024-2034.
PT Angkasa Pura I dan PT Angkasa Pura II merupakan dua BUMN dengan bisnis pengelolaan bandara. AP I mengelola 15 bandara di kawasan tengah dan timur Indonesia, sedangkan AP II mengelola 20 bandara yang mayoritas di wilayah barat Indonesia.