REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri BUMN II Kartika Wiriatmodjo mengakui bahwa gangguan yang terjadi pada PT Bank Syariah Indonesia Tbk (Persero) beberapa waktu lalu karena sistem security IT yang masih lemah. Tak seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) maupun PT Bank Mandiri (Mandiri), sistem IT security BSI memang perlu ditingkatkan. Namun, Tiko menjamin kendala yang kemarin terjadi tak akan mengurangi data privacy nasabah.
"Kemarin BSI kecolongan karena securitynya belum sekuat BRI dan Mandiri. Tapi kita udah cek, yang kecurian itu data basic. Data privacy dan data penting lainnya tidak sampai bocor," kata Tiko di Komisi VI DPR RI, Senin (5/6/2023).
Tiko menjelaskan saat ini Kementerian BUMN sudah mengambil langkah strategis untuk mengembangkan IT Security BSI. Salah satunya dengan mendatangkan ahli IT Security dari Bank Mandiri untuk melakukan perubahan di BSI. "Kita lakukan mitigasi dan perbaikan kedepan, kita masukan dua telent dari mandiri, direktur IT dan manajemen risiko di BSI. Kadiv IT di Mandiri kita minta ke BSI supaya ini BSI lebih baik seperti mandiri," tambah Tiko.
Tiko juga menjelaskan, pemerintah mendorong BSI untuk bisa memperbesar capital expenditur (capex) pada tahun depan khusus untuk memperkuat server. Ia berharap BSI yang menjadi cerminan ekonomi syariah Indonesia bisa memberikan pelayanan terbaik untuk nasabah.
"Setahun kedepan kita akan naikan capex untuk menaikan kualitas server, supaya bisa kualitasnya lebih baik seperti Mandiri," ujar Tiko.