Rabu 07 Jun 2023 17:34 WIB

Tes Sifilis Digelar di Lokalisasi Jabar, Hasilnya 3.000 Prang Positif Sifilis

Rata-rata warga yang positif sifilis merupakan usia produktif.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Qommarria Rostanti
Hubungan seks (ilustrasi). Pemprov Jabar melakukan tes sifilis di lokalisasi. Hasilnya menunjukkan, 3.000 orang positif sifilis.
Foto: www.freepik.com
Hubungan seks (ilustrasi). Pemprov Jabar melakukan tes sifilis di lokalisasi. Hasilnya menunjukkan, 3.000 orang positif sifilis.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Provinsi Jawa Barat menjadi daerah nomor dua setelah Papua untuk kasus sifilis terbanyak. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Jabar, Rochady Hendra Setya Wibawa, mengatakan provinsi ini berada di posisi kedua setelah Papua diketahui dari hasil tracing pada Oktober 2022.

"Semua daerah di Jabar yang terindikasi ada lokalisasinya, kami tes. Hasilnya dari 170 ribu yang dites, ada 3.000 yang positif sifilis. Itu akumulatif ya," ujar Rochady kepada Republika.co.id, Rabu (7/6/2023).

Baca Juga

Rochady mengatakan, hasil 3.000 lebih warga yang positif di ambil dari semua lokalisasi yang adai 27 kabupaten/kota, misalnya Saritem di Kota Bandung. "Kami melakukan testing di daerah lokalisasi karena ini agak sensitif juga kan. Nggak mungkin kami tes datang ke rumah-rumah. Makanya pemeriksaan di fokuskan ke daerah lokalisasi," katanya.

Jumlah warga lokalisasi yang di tes di 27 kabupaten/kota tersebut, kata dia, di setiap daerah berbeda-beda angkanya. Ada yang 14 ribu orang, 13 ribu orang, dan 28 ribu orang sesuai jumlah penduduknya. Untuk Kota Bandung, jumlah yang dites ada 29 ribu orang.  

"Hasilnya di Kota Bandung angka positif sifilisnya ada 830, ya paling tinggi," katanya.

Dia mengatakan, usia warga lokalisasi yang positif itu rata-rata usia produktif. Karena mengambil datanya di daerah lokalisasi jadi yang datang masih usia produktif. Terkait upaya untuk mencegah penyebaran sifilis, pihaknya telah melakukan petugas tepat mengambil sampel. Sehingga, menghasilkan survei yang akurat dan nantinya bisa menjadi pertimbangan para pengambil kebijakan.

"Karena ini penyakit masyarakat jadi agar tidak saling menularkan ini kan sensitif hanya dari hubungan seksual, kami hanya bisa memberikan imbauan tak melakukan hubungan di luar nikah dan memakai alat kontrasepsi," ujarnya.

Dinkes hanya menyiapkan tenaga untuk melakukan survei terpadu biologis dan perilaku yaitu melakukan pemeriksaan sifilis dan HIV.

"Jadi itu tesnya untuk HIV/AIDS dan sifilis. Bahkan beberapa kabupaten kota juga melakukan pemeriksaan hepatitis," katanya.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement