REPUBLIKA.CO.ID, DARAGA -- Pihak berwenang Filipina mengevakuasi lebih dari 2.000 sapi dan kerbau dari gunung berapi Mayon yang mulai erupsi. Menurut pejabat Filipina pada Ahad (11/6/2023), tindakan ini diambil untuk meminimalkan potensi kerugian jika terjadi letusan besar.
"Bukan hanya manusia yang harus dibawa ke tempat yang aman, tetapi juga hewan ternak mereka,” kata dokter hewan provinsi Albay Manny Victorino.
Hewan ternak digiring keluar dari komunitas pedesaan dalam radius enam kilometer dari kawah gunung berapi di timur laut provinsi Albay ke 25 area penggembalaan sementara. Mereka mengikuti lebih dari 12.600 penduduk desa yang telah pindah ke tempat penampungan darurat sejak pekan lalu.
Victorino mengatakan, pihak berwenang mengambil langkah-langkah untuk menghindari dampak ekonomi yang lebih dalam jika gunung berapi itu meletus. Evakuasi hewan telah mendahului letusan Mayon di masa lalu. Victorino menyatakan, Filipina dan Indonesia yang juga rawan gempa telah membandingkan dan berbagi teknik.
Evakuasi ternak menggarisbawahi dilema pemerintah dalam menghadapi ancaman dari sekitar dua lusin gunung berapi aktif yang dipimpin oleh Mayon. Belum lagi Filipina juga dilanda sekitar 20 topan dan badai setahun, menjadikan negara Asia Tenggara itu salah satu negara yang paling rawan bencana di dunia.
Gunung berapi Mayon mulai memuntahkan gas yang sangat panas dan hujan abu yang lebat sebagai tanda kemungkinan letusan besar dalam beberapa hari atau pekan. Ribuan warga mungkin masih perlu dipindahkan ke tempat penampungan, biasanya sekolah dan bangunan umum lainnya.
Albay ditempatkan di bawah keadaan bencana pada Jumat (9/6/2023). Pada 1814, letusan Mayon mengubur seluruh desa dan dilaporkan menyebabkan lebih dari 1.000 orang meninggal.