Rabu 14 Jun 2023 05:34 WIB

Analisis Strategi Ganda PDIP: Dua Poros Bisa Bubar Sekaligus

Pengamat nilai manuver PDIP berpotensi gembosi poros-poros politik yang ada sekarang.

Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Hasto Kristiyanto sudah bertemu dengan Sekretaris Jenderal Partai Demokrat, Teuku Riefky Harsya. Pertemuan terjadi pada Ahad sore  di sebuah restoran di Jakarta.
Foto: Dok. Republika
Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Hasto Kristiyanto sudah bertemu dengan Sekretaris Jenderal Partai Demokrat, Teuku Riefky Harsya. Pertemuan terjadi pada Ahad sore  di sebuah restoran di Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Fauziah Mursid, Dessy Suciati Saputri, Nawir Arsyad Akbar

Rencana pertemuan Ketua DPP PDIP Puan Maharani dan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dinilai sebagian pihak sebagai upaya menggembosi poros Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) yang mendukung bakal calon presiden (capres) Anies Baswedan. Pengamat Politik dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno, menyebut PDIP sedang melakukan strategi ganda dalam koalisi mengusung bacapres Ganjar Pranowo.

Baca Juga

Di satu sisi kata Adi, PDIP ingin mengakumulasi begitu banyak kekuatan politik dan dukungan partai, bahkan dari partai berseberangan sekalipun.

"Efek dari itu semua ya tentu PDIP berpotensi akan menggembosi poros-poros politik yang ada," ujar Adi dalam keterangannya, Selasa (13/6/2023).

Adi mengatakan, manuver PDIP yang berupaya menggaet Demokrat dari koalisi perubahan ini juga didahului dengan PDIP yang berupaya mengajak PKB untuk bergabung dengan koalisi mengusung Ganjar. Kalau ini terjadi, kata Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia itu, hal ini akan menggagalkan dua poros sekaligus.

PKB yang selama ini bersama Gerindra untuk mengusung Prabowo Subianto berpotensi gagal maju jika PKB urung berkoalisi. Hal ini karena ambang batas calon presiden minimal 20 persen belum terpenuhi

Begitu juga koalisi perubahan tak dapat mengusung Anies jika Partai Demokrat meninggalkan Nasdem dan PKS.

"Jadi ini yang saya baca, strategi ganda yang dipakai PDIP satu sisi memang ingin mengakumulasi begitu banyak kekuatan dan dukungan parpol tidak kenal sekat sekat partai, tapi pada saat yang bersamaan efek dari itu semua ya cukup potensial menggembosi poros Prabowo dan porosnya Anies Baswedan," ujarnya.

Terkait upaya PDIP menggembosi koalisi lawan ini juga dinilai karena belum percaya dirinya partai besutan Megawati Soekarno putri ini terhadap pengusungan Ganjar. Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin mengatakan, ini karena PDIP melihat Prabowo dan Anies sebagai lawan kuat dari Ganjar.

"Apakah belum cukup pede ya dalam konteks di koalisi ganjar, ya mungkin-mungkin saja lawan politiknya berat, kan ada Prabowo ada Anies Baswedan," ujar Ujang.

Ujang menambahkan, ancaman khususnya berlaku untuk Anies yang merupakan representasi capres oposisi. "Itu di oposisi biasanya kalau pemerintahnya tidak bagus dan pemerintahnya tidak disenangi rakyat maka ya kemungkinan keberpihakan rakyat itu kepada oposisi," ujarnya.

Karena itu, dia menilai berbagai manuver yang dilakukan PDIP bisa jadi belum yakin sepenuhnya terhadap tingkat elektoral Ganjar.

"Jadi kalau koalisi pemerintah yakni Ganjar dan PDIP masih kurang percaya diri ya maka pihak lain, katakanlah bejana lain itu akan mendapatkan dukungan publik, makanya digoyang-goyang, koalisi perubahan makanya dijegal dan dengan politik hal itu tidak aneh dalam jegal menjegal," ujarnya.

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement