REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — PT Sawit Sumbermas Sarana (SSMS) yang menggandeng Borneo Orang Utan Survival Foundation (BOSF) sejak 2017, telah melakukan konservasi orang utan di Pulau Salat, yang terletak di di Desa Pilang, Kecamatan Jabiren Raya, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah.
Langkah ini hanya satu dari sekian langkah yang sudah ditempuh SSMS untuk menunjukkan komitmen mereka dalam menjalankan praktik-praktik bisnis yang berkelanjutan, serta menjaga dan memelihara kondisi lingkungan sekitarnya.
“SSMS menjalankan berbagai standar dan sertifikasi keberlanjutan yang telah dimiliki oleh Perseroan, baik lokal maupun internasional,” kata CFO PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS Group) Jap Hartono.
Sertifikasi itu, menurut dia, di antaranya ISO 14001:2015 Sistem Manajemen Lingkungan, Penilaian Kinerja Pengelolaan Lingkungan (Proper), Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) dan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO).
Saat ini, nama Pulau Salat telah banyak diketahui publik, sebagai salah satu tempat konservasi orang utan di Indonesia. Head of Sustainability, Henky Satrio Wibowo, menyebut sejak beroperasi, setidaknya sudah lebih dari 100 individu orang utan yang mengikuti program konservasi di Pulau Salat. Dari jumlah itu sekitar 49 orang utan sudah berhasil dilepasliarkan ke Taman Nasional.
Keberhasilan inilah yang kemudian memunculkan keingian dari sejumlah pihak untuk membangun ecowisata di Pulau Salat dan kawasan sekitarnya. “Ke depannya ecowisata akan kita jalankan. Program itu masih bertahap. Kita siapkan infrastrukturnya,” kata Henky.
Selama ini, lanjut Henky, selain melakukan konservasi orang utan, SSMS juga melakukan pemberdayaan masyarakat di kawasan Pulau Salat. SSMS juga memiliki program-program yang berhubungan dengan kehutanan sosial. Misalnya berkaitan dengan hutan desa di Petak Putih. “Kita bekerja sama dengan pemegang hak hutan kemasyarakatan dan hutan desa, untuk progam biodiversity dan konservasi, mitigasi kebakaran,” ujar Henky.
Konsep Ecowisata Pulau Salat
Adapun konsep ecowisata yang dibangun, menurut Henky, adalah semacam desa wisata. Pulau Salat hanya menjadi salah satu bagian ecowisata di sana. "Jangan hanya Pulau Salat saja yang ditonjolkan, karena jika seperti itu manfaat yang dirasakan masyarakat tidak akan terlalu banyak,” kata Henky.
SSMS secara bertahap mulai mempersiapkan...