Keluarga menangis menunggu untuk mengumpulkan jenazah penduduk desa yang dibunuh oleh tersangka pemberontak saat serangan hari Sabtu di Sekolah Menengah Lhubiriha, di luar kamar mayat rumah sakit di Bwera, Uganda, Ahad, (18/6/2023). (FOTO : AP/ Hajarah Nalwadda)
Asrama yang hancur akibat kebakaran terlihat di dalam Sekolah Menengah Lhubiriha setelah serangan di sekolah tersebut pada hari Sabtu, di Mpondwe, Uganda, Ahad, (18/6/2023). (FOTO : AP/ Hajarah Nalwadda)
Garis pembatas polisi pada sebuah bangunan di dalam Sekolah Menengah Lhubiriha menyusul serangan terhadap sekolah tersebut pada hari Sabtu, di Mpondwe, Uganda, Ahad, (18/6/2023). (FOTO : AP/ Hajarah Nalwadda)
Pakaian yang tertinggal di dalam Sekolah Menengah Lhubiriha setelah serangan di sekolah tersebut pada hari Sabtu, di Mpondwe, Uganda, Ahad, (18/6/2023). (FOTO : AP/ Hajarah Nalwadda)
Kerusakan jendela asrama yang pecah di dalam Sekolah Menengah Lhubiriha setelah serangan di sekolah tersebut pada hari Sabtu, di Mpondwe, Uganda, Ahad, (18/6/2023). (FOTO : AP/ Hajarah Nalwadda)
Jenazah seorang warga desa yang dibunuh oleh tersangka pemberontak saat serangan hari Sabtu di Sekolah Menengah Lhubiriha, di luar kamar mayat rumah sakit di Bwera, Uganda, Ahad, (18/6/2023). (FOTO : AP/ Hajarah Nalwadda)
Keluarga menunggu untuk mengumpulkan jenazah penduduk desa yang dibunuh oleh tersangka pemberontak saat serangan hari Sabtu di Sekolah Menengah Lhubiriha, di luar kamar mayat rumah sakit di Bwera, Uganda, Ahad, (18/6/2023). (FOTO : AP/ Hajarah Nalwadda)
inline
REPUBLIKA.CO.ID, BWERA -- Keluarga menunggu untuk mengumpulkan jenazah penduduk desa yang dibunuh oleh tersangka pemberontak saat serangan hari Sabtu di Sekolah Menengah Lhubiriha, di luar kamar mayat rumah sakit di Bwera, Uganda, Ahad, (18/6/2023).
Otoritas Uganda telah menemukan jenazah 41 orang, termasuk 38 siswa yang dibakar, ditembak, atau dibacok sampai mati setelah kelompok orang yang diduga sebagai pemberontak menyerang sekolah di Mpondwe, dekat perbatasan dengan Kongo, menurut wali kota setempat.
Saksi mata bernama Mumbere Edgar Dido mengatakan, para penyerang tiba di asramanya membawa parang dan senjata dan melepaskan tembakan dari luar. Hal tersebut membuat semua orang terjun ke bawah tempat tidur mereka.
sumber : AP/ Hajarah Nalwadda
Advertisement