REPUBLIKA.CO.ID, TUNIS -- Warga Tunisia mengalami kesulitan untuk membeli domba sebagai hewan kurban karena krisis ekonomi. Rata-rata harga hewan kurban mengalami kenaikan signifikan karena berbagai faktor, termasuk kekeringan.
"Situasi ekonomi sangat buruk. Semuanya naik dua kali lipat dan gaji saya tidak bisa bertahan selama sebulan," kata Ridha Bouzid, yang membelikan keluarganya seekor domba untuk Idul Adha.
Bouzid mempertimbangkan mengambil pinjaman ke bank untuk membeli satu domba. Bouzid mengatakan, harga satu ekor domba saat ini mencapai 900 dinar. Sementara tahun lalu, harga seekor domba yaitu 750 dinar.
"Gaji saya hanya 950 dinar sebulan. Apa yang tersisa ( dari gaji saya jika saya membeli domba)?" ujar Bouzid.
Di pasar Borj El Amri, Khaled Frekhi sedang melihat-lihat domba dengan putrinya yang masih kecil. Dia telah memutuskan untuk tidak membeli domba tahun ini.
"Kami tidak mampu membayar harga-harga ini," kata Frekhi.
Perekonomian Tunisia dalam kondisi buruk bahkan sebelum pandemi Covid-19. Keuangan negara di ambang kehancuran, dan pemerintah tidak dapat membantu melawan inflasi global.
Bagi petani, gagal panen karena gagal hujan membuat masalah ekonomi semakin parah. Banyak peternak sapi perah menjual sapinya tahun lalu, sehingga Tunisa mengalami kekurangan pasokan susu selama berbulan-bulan.
Di Borj El Amri, seorang petani Nabil Rhimi mengatakan, kekeringan telah sepenuhnya menghancurkan tanaman gandum sehingga dia perlu membeli pakan ternak untuk dombanya. Tapi dia hampir tidak mampu membayar kenaikan harga pakan ternak.
Rhimi telah memutuskan untuk menjual 200 dari 350 dombanya karena dia tidak mampu memberi makan hewan ternak nya. "Jika situasinya memburuk, saya akan menjual semuanya," kata Rhimi.
Rhemi tidak sendirian. Pejabat Serikat Petani, Khaled Ayari mengatakan, Tunisia telah menghasilkan 1,2 juta domba untuk Idul Fitri pada 2022. Tetapi tahun ini hanya sekitar 850 ribu ekor domba. Serikat Petani menolak impor domba untuk melindungi petani.
Haithem Jouini, seorang petani muda yang mewarisi hewan ternak ketika ayahnya meninggal, mengatakan, dia selalu berpikir untuk bermigrasi. "Saya tidak bisa hidup seperti ini hati saya hancur. Mengapa pemerintah tidak bisa membantu kami? Orang-orang menderita," ujar Jouini.