REPUBLIKA.CO.ID, SAMARINDA -- Tim Intervensi Berbasis Masyarakat (IBM) masih memantau perkembangan bayi berusia tiga tahun di Samarinda, Kalimantan Timur, yang positif narkoba akibat meminum air dari botol bekas mengisap sabu-sabu atau bong.
"Sebelumnya kami melakukan perawatan bayi dan ibunya sejak tanggal 12 Juni 2023, namun kemudian kami izinkan pulang dua hari lalu atau pada Rabu (20/6) malam," ujar Kepala Balai Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional (BNN) Tanah Merah Komisaris Besar Polisi Sutarso di Samarinda, Jumat.
Ibu dan bayinya diizinkan pulang karena oleh tim dinyatakan sudah pulih, namun Tim IBM secara berkala tetap melakukan kegiatan pasca-rehabilitasi berupa pemantauan dan memfasilitasi dukungan pemulihan di lingkungan tempat tinggal balita, katanya.
Tim IBM ini ada setelah dibentuk Balai Rehabilitasi BNN Tanah Merah bekerja sama dengan BNN Provinsi Kalimantan Timur untuk memantau perkembangan bayi dan ibunya meski sudah kembali ke rumah, bebernya.
Sebelumnya, kata dia, pelayanan rawat inap di Balai Rehabilitasi terhadap bayi dan ibunya meliputi aspek kesehatan fisik, psikis, dan psikososial yang meliputi penilaian, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan gigi, hingga pemeriksaan psikis berupa asesmen tumbuh kembang anak.
"Kami telah melakukan serangkaian terapi terhadap bayi tersebut meliputi terapi bermain, terapi seni hingga terapi pemberian makanan tinggi energi dan tinggi protein untuk memperbaiki asupan gizi anak," katanya.
Sedangkan terhadap ibu balita, lanjut Sutarso, telah dilakukan farmakoterapi, konseling individu, psikoedukasi pengasuhan anak balita, psikoedukasi pola hidup bersih, dan sehat.
Setelah dilakukan rangkaian terapi, kata dia, maka kondisi balita mengalami perbaikan kesehatan menggembirakan, keadaan fisik yang sehat tanpa ada gejala gangguan zat, dan pola tidur kembali normal, tidak seperti sebelumnya susah tidur.
"Kondisi ibunya pun sehat dan tidak ada keluhan fisik. Sedangkan secara aspek psikologis, kondisi emosional sudah cenderung stabil, terjadi penurunan atas rasa takut, khawatir, dan cemas dibanding sebelumnya sehingga kemudian boleh pulang dan tetap dipantau Tim IBM," katanya.