REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Belakangan bedah bariatrik populer di Indonesia. Apalagi penyanyi Melly Goeslaw juga telah berhasil melakukannya dan sukses pula mendapatkan berat badan ideal. Namun, beredar mitos-mitos mengenai bedah bariatrik ini.
Dokter Spesialis Bedah Subspesialis Bedah Digestif RS Pondok Indah – Pondok Indah, Dr dr Peter Ian Limas, SpB, SubspBD(K) meluruskan mitos tersebut dalam siaran pers, Senin (26/6/2023).
1. Bedah bariatrik berbahaya, risiko tinggi.
Faktanya:
Bedah bariatrik merupakan teknik pembedahan yang memiliki risiko sebanding dengan risiko pembedahan untuk mengangkat kandung empedu.
2. Tindakan bedah bariatrik mahal.
Faktanya:
Bedah bariatrik merupakan opsi yang efektif dengan tingkat kesuksesan tinggi, tidak hanya untuk menurunkan berat badan, tetapi juga terbukti bermanfaat bagi pasien yang memiliki komorbid diabetes dan hipertensi.
Selain itu, efek domino dari bedah bariatrik dapat mengurangi bahkan menghilangkan risiko gangguan jantung dan ginjal, stroke, hingga kanker. Bagi pasien dengan risiko komorbid, menjalani bedah bariatrik tentu lebih efisien dalam hal biaya dibandingkan dengan menjalani perawatan ketika terkena komplikasi akibat komorbid yang dimiliki.
3. Bedah bariatrik adalah bedah kosmetik.
Faktanya:
Bedah bariatrik tidak bertujuan membuat langsing dan memiliki bentuk tubuh yang lebih menarik. Tujuan utama bedah bariatrik adalah menyelamatkan pasien obesitas dari komplikasi sepeti stroke dan serangan jantung yang merupakan efek langsung dari diabetes, hipertensi, dan hiperkolesterolemia yang dapat menyerang pasien obesitas. Menjadi langsing dan mendapatkan bentuk tubuh lebih menarik adalah bonus dan efek tambahan yang hampir selalu terjadi.
4. Bedah bariatrik menyebabkan sakit.
Faktanya:
Pasien setelah pembedahan bariatrik rata-rata pulang dari rumah sakit pada hari kedua perawatan, sama seperti kebanyakan pasien setelah pengangkatan usus buntu atau kandung empedu. Bedah bariatrik 99 persennya dilakukan dengan teknik laparoskopi, yaitu pembedahan dengan sayatan kecil.
5. Bedah bariatrik membutuhkan perawatan yang lama.
Faktanya:
Setelah pembedahan memang harus berkonsultasi dengan dokter hingga bertahun-tahun lamanya, tetapi hal ini lebih bersifat kontak kelanjutan monitoring yang tidak wajib, untuk mendampingi pasien menjalani gaya hidup yang baru.
6. Efek bedah bariatrik tidak menetap, tidak permanen.
Faktanya:
Efek bedah bariatrik jauh lebih permanen dari diet manapun. Dampak bedah bariatrik dapat menjadi benar-benar permanen dengan mempertahankan perubahan pola makan yang sudah ada setelah pembedahan. Permanen dapat dicapai dengan disiplin dan menahan diri, serta menjalani hidup sehat dengan berolahraga, yang menjadi jauh lebih mudah dilakukan karena bobot tubuh sudah berkurang.
7. Bedah bariatrik sering menimbulkan komplikasi.
Faktanya:
Tingkat komplikasi pada pembedahan sleeve gastrectomy (pembedahan bedah bariatrik paling populer saat ini) hanya sekitar 1 dari 1.000 pasien, lebih rendah dibandingkan dengan pembedahan kandung empedu.
8. Bedah bariatrik hanya untuk melangsingkan badan saja.
Faktanya:
Bedah bariatrik memiliki efek luar biasa untuk menyembuhkan atau setidaknya mengurangi kelainan metabolik seperti diabetes, hipertensi, dan hiperkolesterolemia.
9. Bedah bariatrik menyebabkan kurus yang tidak alami, malnutrisi.
Faktanya:
Bedah bariatrik yang paling sering dilakukan yakni sleeve gastrectomy, sangat jarangmenyebabkan malnutrisi. Tubuh kurus yang dicapai dengan pembedahan bariatrik merupakan kurus karena pembakaran lemak, kurus paling alami yang mungkin bisa didapat.
10. Bedah bariatrik merupakan penemuan baru.
Faktanya:
Bedah bariatrik sudah ada sejak 1968.