REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- FIBA Board Member, Erick Thohir, mengucapkan selamat pada peringatan 20 tahun IBL di Mall Kasablanka Jakarta, Ahad (25/6/2023). IBL lahir pada tahun 2003, ketika Erick yang kini menjadi Menteri BUMN menjabat sebagai Ketua Umum PP Perbasi. Selain ucapan selamat, Erick juga memberikan pujian kepada IBL dalam hal ketegasan memberantas kecurangan dalam kompetisi.
Berita-berita terkait mafia, kecurangan pertandingan, dan pengaturan skor pertandingan (match fixing) sudah sering didengar. Namun, IBL sebagai salah satu liga profesional merespons masalah ini dengan baik.
Sejak tahun 2016, sudah banyak pemain yang dihukum karena terbukti melakukan kecurangan. Bahkan IBL pada tahun 2017 sudah meluncurkan kampanye "No Match Fixing, Fair Play". Hal ini kembali dibuktikan IBL pasca-musim 2020 dengan menangkap enam orang pemain yang terbukti melakukan match fixing. Hal ini diapresiasi oleh Erick Thohir dan ingin mencontohnya di sepak bola.
"IBL sudah melakukan langkah berani dengan menghukum permainan curang dalam kompetisi. Berani memberi hukuman seumur hidup. Mungkin perlu saya contoh sebagai ketua umum PSSI. Memang kompetisi harus selalu dijaga bersih," kata Erick Thohir, Senin (26/6/2023).
Erick Thohir kembali menegaskan dalam konferensi pers setelah bertemu dengan Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo di Mabes Polri, Senin (26/6/2023). Ia ingin sepak bola bisa membuat suasana kompetisi yang bersih.
"Proses atau hukuman yang ada di setiap kompetisi tentu berbeda. Kami sudah sepakat, yang namanya pemain, wasit, pemilik, pengurus, termasuk saya, kalau ada main-main, maka tidak boleh berkecimpung di olahraga seumur hidup. Kalau olahraga lain seperti bola basket bisa, tentunya sepak bola juga harus bisa melakukan hal yang sama," kata Erick menegaskan.