REPUBLIKA.CO.ID, MINSK -- Presiden Belarusia Alexander Lukashenko, sekutu paling setia Kremlin dalam perang di Ukraina, mengatakan pada Jumat (30/6/2023), bahwa ia yakin senjata nuklir taktis Rusia yang ditempatkan di negaranya tidak akan pernah digunakan.
Lukashenko dan Presiden Rusia Vladimir Putin telah mengakui bahwa beberapa senjata taktis nuklir itu telah tiba di Belarusia dan sisanya akan ditempatkan di beberapa lokasi pada akhir tahun ini.
Presiden Belarusia, dalam sebuah pidato untuk memperingati hari nasional negara bekas pecahan Soviet itu, mengatakan bahwa penempatan senjata-senjata tersebut di Belarusia merupakan inisiatifnya, untuk respon yang paling keras.
"Seiring berjalannya waktu, kami semakin yakin bahwa mereka (senjata) harus ditempatkan di sini, di Belarus, di tempat yang dapat diandalkan," kata Lukashenko pada sebuah pertemuan di sebuah aula besar yang disiarkan secara online oleh kantor berita negara ini, BelTA. Ribuan warga Belarusia hadir saat itu, sambil melambaikan bendera merah dan hijau.
"Saya yakin bahwa kita tidak akan pernah menggunakannya selama mereka berada di sini. Dan tidak ada musuh yang akan menginjakkan kaki di tanah kita," ujarnya.
Lukashenko, seperti halnya Rusia, telah berulang kali menuduh negara-negara Barat berusaha menghancurkan negaranya. Dan ia juga mengatakan bahwa penyebaran nuklir diperlukan untuk menghalangi para penyerang yang potensial.
Dia mengatakan bulan ini bahwa beberapa senjata berada di Belarus dan pada satu titik menyebut dia tidak akan ragu untuk menggunakannya jika perlu. Pernyataan itu ia sampaikan sambil menyebut konsultasi dengan Rusia akan diperlukan.
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov mengatakan pada hari Jumat bahwa pengerahan tersebut tidak melanggar Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir 1968 karena Rusia tetap memiliki kendali atas senjata-senjata itu. Dia mengatakan kepada kantor berita TASS Rusia bahwa pengerahan itu telah dipaksakan pada Rusia.
Lukashenko mengizinkan Putin untuk meluncurkan bagian dari invasi Februari 2022 ke Ukraina dari Belarusia dan telah mendukung perang tersebut -memperjuangkan kesepakatan minggu lalu untuk memungkinkan Pimpinan tentara bayaran Yevgeny Prigozhin dan para pejuangnya memindahkan operasi ke negaranya.
Kepala Biro Keamanan Nasional Polandia, Jacek Siewiera, mengatakan bahwa para pejuang Wagner yang pindah ke Belarusia dapat menggunakan para migran dari Afrika dan negara-negara lain untuk mengacaukan Eropa tengah dan timur.
Komentar Siewiera kepada Financial Times merujuk pada bentrokan di perbatasan Belarusia pada tahun 2021 ketika para migran mencoba memaksa masuk ke Polandia, yang menuduh Lukashenko mendorong mereka untuk datang ke negara itu.
Berkuasa sejak 1994, ia juga mengandalkan Putin untuk mendapatkan dukungan sejak menggunakan pasukan keamanan untuk menumpas demonstrasi yang dilakukan oleh para pengunjuk rasa yang menuduh dia mencurangi pemilihannya kembali pada tahun 2020.
Dalam sambutannya, ia menyindir bahwa para politisi oposisi Belarusia yang sama, yang kini sebagian besar berada di pengasingan. Pihak yang mengecam pengerahan senjata tersebut juga mengkritik pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir yang dibangun oleh Rusia yang kini beroperasi di Belarusia.
"Saya telah mengatakan hal ini sebelumnya ... bahwa jika Anda tidak tahu apa yang harus dilakukan dalam situasi ini atau itu dan musuh-musuh Anda berteriak dan membuat keributan, lakukanlah hal yang sebaliknya," katanya kepada pertemuan itu. "Jika mereka berteriak bahwa senjata nuklir itu buruk, lakukan yang sebaliknya."