REPUBLIKA.CO.ID, MADRID -- Minoritas Muslim Spanyol yang jumlahnya cukup besar tidak dapat beribadah secara bebas. Dewan Spanyol mengabaikan izin perencanaan pembangunan masjid.
Islamofobia Spanyol memaksa Muslim untuk terus hidup di pinggiran. Seperti banyak masjid di Spanyol, Masjid Tuba di Santa Coloma de Gramenet tidak terlihat seperti masjid yang seharusnya. Masjid yang bahkan lebih mirip gubuk itu, dibangun sebagai ruang ibadah, yang bahkan tak layak disebut sebagai masjid.
“Ini bukan masjid,” ujar Omar Majdi, yang merasa malu untuk menyebutnya sebagai masjid, dilansir dari Arab News, Ahad (9/7/2023).
Komunitas Muslim Sannta Coloma de Gramenet berakhir dalam situasi ini setelah mereka mencoba membuka masjid kecil di pusat kota pada 2004. Meskipun mematuhi semua aturan dewan kota untuk pendirian ruang ibadah, inisiatif tersebut disambut reaksi keras dari warga sekitar.
Warga protes dengan cara memukulkan panci yang mengganggu ibadah, mengumpulkan tanda tangan untuk menutup masjid dan pelecehan terhadap jamaah mendorong wali kota untuk campur tangan, tetapi tetangga tidak mau berhenti. Akhirnya, wali kota menempatkan beberapa gubuk di sebidang tanah terpencil yang jauh dan meminta komunitas Muslim pindah ke sana sampai mereka menemukan solusi.
Lalu, 19 tahun kemudian, warga Muslim Santa Coloma tetap tanpa ruang ibadah yang layak dan dapat diakses dan ini bukan kasus yang terisolasi. Pasal 16 Konstitusi Spanyol menyatakan kebebasan ideologis dan agama individu dan komunitas harus dijamin tanpa batasan apa pun.
Tanggung jawab untuk melindungi hak-hak tersebut dan mengatur ruang ibadah berada di bawah yurisdiksi pemerintah daerah. Namun, ini pada gilirannya meneruskan masalah ini kepada dewan kota. Tergantung pada sifat politik mereka, dewan kota membuat undang-undang untuk menghalangi pendirian masjid.
Seorang aktivis untuk hak-hak Muslim di Catalonia...