REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasukan Ukraina kehabisan peluru artileri, karena mereka menggunakannya dengan kecepatan yang sangat tinggi. Barat tidak dapat memasok amunisi dengan cepat untuk menyesuaikan kebutuhan Ukraina. Artileri telah menjadi senjata utama di Ukraina selatan dan timur dengan intensitas serangan tinggi.
Karena peluru artileri tidak mencukupi, Ukraina telah meminta Amerika Serikat untuk memasok persediaan amunisi tandan atau bom klaster untuk menargetkan infanteri Rusia yang menjaga semua parit pertahanan itu. Dari perspektif militer, bom tandan bisa sangat efektif ketika digunakan melawan pasukan darat.
Ini bukanlah keputusan yang mudah bagi Washington, dan sangat tidak disukai oleh banyak pendukung Demokrat dan hak asasi manusia. Perdebatan telah berlangsung setidaknya selama enam bulan.
Dikutip dari BBC, Senin (10/7/2023), amunisi tandan adalah senjata yang mengerikan dan dilarang di sebagian besar dunia karena alasan yang baik. Lebih dari 100 negara, termasuk Inggris, Prancis, dan Jerman, telah menandatangani perjanjian internasional yaitu Konvensi Amunisi Tandan. Konvensi ini melarang penggunaan atau penimbunan bom tandan karena efeknya sangat berbahaya terhadap penduduk sipil.
Anak-anak sangat rentan terkena ledakan bom tandan. Karena bom itu menyerupai mainan kecil yang ditinggalkan di area pemukiman atau lahan pertanian. Anak-anak sering mengambil bom tandan itu karena penasaran. Kelompok hak asasi manusia menggambarkan amunisi tandan sebagai kejahatan perang.