Kamis 13 Jul 2023 14:12 WIB

Meleset dari Perkiraan, Ternyata Usia Kerak Bulan Jauh Lebih Tua

Sebagian besar kerak bulan sekitar 200 juta lebih tua dari perkiraan sebelumnya.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani / Red: Natalia Endah Hapsari
Sebagian besar kerak bulan sekitar 200 juta lebih tua dari perkiraan sebelumnya./ilustrasi
Foto: Antara/Adiwinata Solihin
Sebagian besar kerak bulan sekitar 200 juta lebih tua dari perkiraan sebelumnya./ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Permukaan Bulan jauh lebih tua dari perkiraan para peneliti sebelumnya. Penemuan tersebut berarti bahwa mereka  memiliki pemahaman yang lebih baik tentang kapan lanskap kawah bulan saat ini.

Dilansir dari Daily Mail, Kamis (13/7/2023), para peneliti menunjuk ke lekukan raksasa yang disebut Imbrium Basin atau Cekungan Imbrium. Ini dianggap sebagai salah satu kawah terbesar di tata surya kita, sebagai contoh temuan mereka.

Baca Juga

Cekungan Imbrium mungkin diciptakan oleh tabrakan asteroid seukuran Sisilia.  Tim sekarang mengatakan itu berasal dari 4,1 miliar tahun yang lalu, bukan 3,9 miliar tahun yang lalu seperti yang diperkirakan semula.

Para peneliti dari Norwegia dan Prancis mengatakan mereka telah menemukan cara mengoordinasikan berbagai sistem penanggalan permukaan satelit Bumi, termasuk menggunakan sampel batuan dari pendaratan Apollo.

Profesor Stephanie Werner dari Pusat Keterhunian Planet, Universitas Oslo mempresentasikan pekerjaan di Konferensi Geokimia Goldschmidt di Lyon, Prancis. Profesor Werner mengatakan apa yang telah pihaknya lakukan adalah untuk menunjukkan bahwa sebagian besar kerak bulan sekitar 200 juta lebih tua dari perkiraan sebelumnya.

Para peneliti menekankan temuan mereka tidak mengubah perkiraan usia bulan itu sendiri, hanya perkiraan permukaannya dan kapan dihantam oleh puing-puing raksasa dari luar angkasa. Profesor Werner menuturkan ini adalah perbedaan penting.

“Ini memungkinkan kita untuk mendorong kembali ke masa lalu periode pengeboman yang intens dari luar angkasa, yang sekarang kita ketahui terjadi sebelum aktivitas vulkanik yang ekstensif. Karena ini terjadi di Bulan, Bumi hampir pasti juga mengalami pengeboman sebelumnya,” ujar Profesor Werner.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement