Sabtu 15 Jul 2023 22:02 WIB

Aksi Mogok Aktor dan Penulis Film Hollywood, Pukulan Serius Industri Hiburan

Aksi mogok usai negosiasi antara serikat pekerja mereka dan studio film gagal.

Rep: Santi Sopia/ Red: Qommarria Rostanti
Aksi mogok yang dilakukan SAG-AFTRA.
Foto: EPA-EFE/ETIENNE LAURENT
Aksi mogok yang dilakukan SAG-AFTRA.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktor Hollywood melakukan mogok kerja pada Jumat (14/7/2023), tengah malam waktu California. Mogok ini terjadi setelah negosiasi antara serikat pekerja mereka dan studio film gagal mencapai kesepakatan.

Itu dianggap menjadi pukulan serius bagi industri hiburan yang dapat melumpuhkan produksi film dan TV di seluruh AS. Sekitar 65 ribu aktor diwakili oleh Screen Actors Guild- Federasi Artis Televisi dan Radio Amerika (SAG-AFTRA) telah merencanakan untuk meninggalkan set mulai tengah malam, menurut para pemimpin SAG-AFTRA mengumumkan Kamis (13/7/2023) sore. Alasan mogok kerja adalah karena ancaman eksistensial profesi.

Baca Juga

Ini adalah mogok kerja pertama di seluruh industri oleh kelompok buruh sejak 1980, dan para pemain bergabung dengan lebih dari 11 ribu TV dan penulis naskah diwakili oleh Writers Guild of America (WGA). Serikat penulis naskah telah melakukan pemogokan sejak awal Mei.

Aksi tersebut adalah pertama kalinya dua serikat pekerja besar Hollywood melakukan pemogokan pada waktu yang sama sejak 1960, ketika Ronald Reagan menjadi presiden serikat aktor.

"Aktor berhak mendapatkan kontrak yang mencerminkan perubahan yang telah terjadi di industri. Sayangnya model saat ini menurunkan nilai anggota kami dan memengaruhi kemampuan mereka untuk memenuhi kebutuhan," kata Duncan Crabtree-Ireland, direktur eksekutif nasional serikat pekerja, dalam konferensi pers di Los Angeles untuk mengumumkan aksi mogok, seperti dilansir laman CBS, Sabtu (15/7/2023).

Presiden SAG-AFTRA Fran Drescher dalam pidato-nya yang berapi-api, mengatakan apa yang terjadi pada sineas saat ini juga dialami di semua bentuk pekerjaan. Pidatonya mendapat tepuk tangan meriah di ruangan.

“Studio mengatakan bahwa mereka kehilangan uang kiri dan kanan, sambil memberikan ratusan juta dolar kepada CEO mereka. Mereka berdiri di sisi sejarah yang salah saat ini," kata Drescher.

"Anda tidak bisa terus dipinggirkan dan tidak dihargai dan tidak dihormati. Pada titik tertentu, Anda harus mengatakan tidak,” lanjut dia.

Masalah dalam negosiasi SAG-AFTRA adalah penggunaan kecerdasan buatan (AI) dalam film dan dampak layanan streaming pada residual pendapatan aktor. Para aktor sekarang menghadapi ancaman eksistensial terhadap profesi mereka dari penggunaan AI dan teknologi generatif.

"Mereka mengusulkan agar artis latar belakang kami dapat dipindai, dibayar untuk gaji satu hari, dan perusahaan harus dapat memiliki pemindaian itu, kemiripan itu, untuk selama-lamanya, tanpa pertimbangan," kata dia.

Aktor kelas menengah tidak bisa lagi mencari honor. Residual atau pembayaran yang dilakukan jaringan untuk menayangkan ulang film atau acara lama adalah masalah utama lainnya. "Dulu Anda bisa mencari pendapatan, saya tidak berbicara tentang karpet merah dan sampanye, maksud saya hanya kehidupan standar Amerika, dengan bekerja di televisi sebagai aktor kelas menengah, seseorang yang muncul sebagai bintang tamu untuk peran berulang. Kita tidak bisa lagi mencari honor dengan melakukan itu,” lanjut dia. Dia mencatat, setengah dari anggota SAG-AFTRA berpenghasilan kurang dari 26 ribu dolar AS setahun dari akting.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement