Ahad 16 Jul 2023 07:29 WIB

Pidato Politik Sebagai Ketum PKN, Anas Sindir Pidato SBY di Jeddah Ekspresi Kezaliman

Pengadilan menyatakan Anas terbukti menerima suap dalam korupsi proyek Hambalang.

Rep: Febryan A/ Red: Agus raharjo
Ketua Umum Partai Kebangkitan Nusantara (PKN) Anas Urbaningrum menyampaikan pidato politiknya saat Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) di Jakarta, Jumat (14/7/2023). Dalam Munaslub tersebut, Anas Urbaningrum terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum Partai Kebangkitan Nusantara untuk masa jabatan 2023-2028.
Foto: ANTARA FOTO/Reno Esnir
Ketua Umum Partai Kebangkitan Nusantara (PKN) Anas Urbaningrum menyampaikan pidato politiknya saat Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) di Jakarta, Jumat (14/7/2023). Dalam Munaslub tersebut, Anas Urbaningrum terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum Partai Kebangkitan Nusantara untuk masa jabatan 2023-2028.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Partai Kebangkitan Nusantara (PKN), Anas Urbaningrum, menyindir Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Anas merupakan mantan ketua Umum Partai Demokrat.

Sindiran itu dilontarkan Anas ketika berpidato menutup Musyawarah Nasional Luar Biasa PKN di sebuah hotel di Jakarta, Sabtu (15/7/2023) malam. Mantan terpidana kasus korupsi proyek Hambalang itu awalnya berpesan kepada kader PKN agar tidak berlaku zalim apabila terpilih menjadi pemimpin. Dia juga para kader tidak menyalahgunakan kekuasaan ketika menjabat.

Baca Juga

"Tidak boleh menggunakan dan memperalat kekuasaan dan kewenangan untuk mencelakai pihak lain, untuk menindas pihak lain, menyingkirkan pihak lain, mempersekusi pihak lain," kata Anas, Sabtu (15/7/2023).

Dia lantas menyebut sejumlah kader PKN, seperti Gede Pasek Suardika dan Sri Mulyono sebagai sosok yang berpotensi menjadi pemimpin. Anas menyampaikan pesan khusus kepada kader potensial PKN itu sembari menyindir SBY yang pernah berpidato di Jeddah, Arab Saudi.

"Jika dipercaya menjadi pemimpin, saya berharap jangan pernah pidato dari Jeddah. Karena itu bukan pidato, tapi ekspresi kezaliman. Itu contoh, contoh," kata Anas, lalu disambut sorakan kader PKN.

Bisik-bisik 'tolong dong itu'....

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement