Ahad 16 Jul 2023 17:34 WIB

Pengamat Sebut Sindiran Anas Bisa Jadi Gangguan Serius untuk Demokrat

Pengamat sebut sindiran Anas Urbaningrum bisa menjadi gangguan serius untuk Demokrat.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Bilal Ramadhan
Ketua Umum Partai Kebangkitan Nusantara (PKN) Anas Urbaningrum. Pengamat sebut sindiran Anas Urbaningrum bisa menjadi gangguan serius untuk Demokrat.
Foto: Republika/Prayogi
Ketua Umum Partai Kebangkitan Nusantara (PKN) Anas Urbaningrum. Pengamat sebut sindiran Anas Urbaningrum bisa menjadi gangguan serius untuk Demokrat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat dari lembaga Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno menilai sindiran yang dilakukan Ketua Umum Partai Kebangkitan Nusantara (PKN) Anas Urbaningrum terhadap Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bisa menjadi gangguan serius bagi Demokrat.

Adi meyakini, Anas ke depan akan terus bergerilya merajut kembali jejaring politiknya termasuk di Demokrat. Hal ini sedikit banyak kata Adi, akan berpengaruh kepada Demokrat.

Baca Juga

"Tentu ini bisa jadi gangguan cukup serius ke demokrat. Minimal dari segi isu. Anas ke depan pasti akan bergerilya merajut kembali jejaring politiknya yang tersebar di banyak partai, salah satunya di Demokrat," ujar Adi dalam keterangannya kepada Republika, Ahad (16/7/2023).

Adi mengatakan, bagaimana pun Anas adalah mantan Ketum Partai Demokrat. Selama ini juga, kata Adi, ada kesan PKN sengaja dibentuk loyalis Anas hanya untuk head to head dengan Demokrat dan SBY.

Selain itu, satu-satunya alasan Anas come back ke politik juga dinilai untuk membuktikan ke SBY dan Demokrat bahwa Anas masih bisa eksis dan menjadi pimpinan partai.

"Anas ingin tunjukkan ke SBY dan Demokrat bahwa ia punya power dan jejaring kuat di politik. Buktinya setelah bebas langsung pimpin PKN. Itu artinya, loyalis anas masih solid," ujarnya.

Karena itu, dia menilai langkah-langkah yang dilakukan Anas bisa berpengaruh kepada partai yang kini dikomandoi Agus Harimurti Yudhoyono tersebut. Salah satu mengambil suara-suara yang belum punya pilihan maupun dari Demokrat.

"Jadi sangat terbuka (langkah-langkah Anas) bisa mengambil ceruk pemilih yang belum mendukung partai manapun termasuk Demokrat," ujarnya.

Apalagi, lanjut Adi, hingga saat ini identifikasi diri masyarakat dengan partai atau Party-ID di Indonesia sangat rendah. Data menunjukan, hanya sekitar 20 persen masyarakat yang merasa dekat atau menjadi bagian dari partai politik tertentu.

"Itu artinya ada sekitar 80 persen masyarakat yang bisa digarap oleh PKN," ujarnya.

Sebelumnya, Ketua Umum Partai Kebangkitan Nusantara (PKN), Anas Urbaningrum, menyindir Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Anas merupakan mantan ketua Umum Partai Demokrat.

Sindiran itu dilontarkan Anas ketika berpidato menutup Musyawarah Nasional Luar Biasa PKN di sebuah hotel di Jakarta, Sabtu (15/7/2023) malam. Mantan terpidana kasus korupsi proyek Hambalang itu awalnya berpesan kepada kader PKN agar tidak berlaku zalim apabila terpilih menjadi pemimpin. Dia juga para kader tidak menyalahgunakan kekuasaan ketika menjabat.

"Tidak boleh menggunakan dan memperalat kekuasaan dan kewenangan untuk mencelakai pihak lain, untuk menindas pihak lain, menyingkirkan pihak lain, mempersekusi pihak lain," kata Anas, Sabtu (15/7/2023).

Dia lantas menyebut sejumlah kader PKN, seperti Gede Pasek Suardika dan Sri Mulyono sebagai sosok yang berpotensi menjadi pemimpin. Anas menyampaikan pesan khusus kepada kader potensial PKN itu sembari menyindir SBY yang pernah berpidato di Jeddah, Arab Saudi.

"Jika dipercaya menjadi pemimpin, saya berharap jangan pernah pidato dari Jeddah. Karena itu bukan pidato, tapi ekspresi kezaliman. Itu contoh, contoh," kata Anas, lalu disambut sorakan kader PKN.

Sementara itu, Koordinator Juru Bicara DPP Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra enggan menanggapi sindiran Ketua Umum Partai Kebangkitan Nusantara (PKN) Anas Urbaningrum terhadap Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Demokrat kata Herzaky, lebih memilih fokus untuk mengurus hal-hal yang lebih penting terkait rakyat.

Dalam pernyataannya, Anas menyindir SBY yang pernah berpidato di Jeddah, Arab Saudi sembari berpesan agar pemimpin tidak menggunakan kekuasaan untuk mengintervensi hasil kompetisi yang tidak menguntungkan dirinya dan kelompoknya.

"Buat apa ditanggapi, Tidak ada kaitan dengan kami. Saya juga tidak kenal dengan Anas. Kami fokus urus rakyat. Tidak mengurus partai lain," ujar Herzaky.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement