REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Duta Besar Ukraina untuk Republik Indonesia Vasyl Hamianin mengatakan Ukraina tidak menyebarkan informasi salah mengenai serangan balik yang sudah berlangsung sejak awal Juni. Operasi yang lama direncanakan ini bertujuan untuk merebut kembali wilayah Donetsk dan Zaporizhzhia yang diduduki pasukan Rusia.
"Saat ini anda melacaknya secara langsung karena perbedaan kami dengan propaganda (Rusia), kami tidak memberikan informasi yang salah atau menyesatkan, jadi pada dasarnya anda dapat memeriksa di mana-mana apa yang terjadi," kata Hamianin pada Republika, Senin (17/7/2023).
"Hal utama dari sisi Ukraina adalah untuk memastikan meminimalisasi korban jiwa, jadi untuk meminimalisasi korban jiwa sipil dan meminimalisasi korban jiwa di tentara, itulah tugas utamanya, itulah mengapa mungkin tidak terlihat seperti yang diharapkan," tambah Hamianin.
Sebelumnya Ukraina mengatakan pertempuran semakin "intensif" di timur Ukraina. Sementara Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut serangan balik Kiev sebagai sebuah kegagalan. Dikutip dari Aljazirah, di aplikasi kirim pesan Telegram, Deputi Menteri Pertahanan Ukraina Hanna Maliar mengatakan pasukan Ukraina menyerang dari arah Kupiansk di wilayah Kharkiv selama dua hari berturut-turut.
"Kami sedang bertahan, ada pertempuran sengit, posisi kedua belah pihak berubah secara drastis selama beberapa hari," tulis Maliar.
Maliar juga mengatakan pasukan kedua belah pihak saling menggempur satu sama lain di sekitar kota Bakhmut yang hancur. Namun pasukan Ukraina "secara bertahap bergerak maju" di sepanjang sisi selatannya. Ia mengatakan pasukan Kiev juga menangkis serangan Rusia di dekat Avdiivka dan Marinka di wilayah Donetsk.
Sementara itu di Jakarta, Hamianin mengatakan serangan balik tidak harus dengan serangan massif. Sebab, katanya, pasukan Rusia menyebar begitu banyak ranjau dan jebakan dan rintangan, sementara Ukraina harus melindungi nyawa rakyatnya.
"Jadi apa yang kami lakukan sekarang jelas bukan rahasia lagi, saya pikir apa yang kami lakukan sekarang untuk menghancurkan logistik mereka, pasukan Rusia, ketika tidak ada pasokan dan tidak logistik akan mengarah pada mundurnya para penjajah dari teritori kami," kata Hamianin.
"Jadi pada dasarnya serangan balik bisa berbeda sifatnya, bisa jadi serangan langsung bisa jadi menghancurkan pasokan, menghancurkan logistik," tambahnya.
Hamianin mengatakan Rusia menyebarkan informasi palsu tentang segalanya termasuk serangan balik. Ia juga membantah pernyataan Putin dan Kremlin, serangan balik Ukraina telah gagal.
"Apa itu serangan balik? Apa itu? Serangan balik itu ada yang mengatakan sesuatu serangan dengan, saya tidak tahu, harus dengan 200 tank, tidak, bukan seperti itu, karena ini abad-21, ini bukan Perang Dunia II, apa perbedaannya, pada dasarnya bisa dilakukan dengan cara yang berbeda, dan kami melakukannya dengan cara yang berbeda, dengan cara kami," kata Hamianin.
"Kegagalan di dunia, diukur dengan dua hal: korban jiwa dan kedua oleh jumlah oleh hancurnya perangkat, seperti tank, jadi kami masih memiliki 90 tank yang kami miliki, dan semua yang kami miliki, jadi apakah itu keberhasilan atau kegagalan?" tambahnya.
Dalam pertemuan negara anggota Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO) pekan lalu, Barat berencana kembali mengirimkan senjata ke Ukraina. Sejauh ini Amerika Serikat (AS) merupakan kontributor bantuan militer terbesar ke Ukraina lalu diikuti Uni Eropa, Jerman dan Inggris.
Dikutip dari BBC dari 24 Januari 2022 sampai 31 Mei 2023, AS telah memberikan bantuan militer senilai 46,56 miliar dolar AS ke Ukraina. Uni Eropa 29,84 miliar dolar, Jerman 8,15 miliar dolar, Inggris, 7,15 miliar dolar, Polandia 3,26 miliar dolar, Belanda 2,7 miliar dolar, Denmark 1,71 miliar dolar, Kanada, 1,63 miliar dolar, Swedia, 1,62 miliar dolar dan Finlandia 1,21 miliar dolar.
Sejauh ini AS telah mengirimkan 31 tank Abrams, Inggris mengirimkan 14 tank Challenger 2, Jerman mengirimkan 14 tank Leopard 2, dan Spanyol mengirimkan enam tank Leopard 2.