REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) resmi menggandeng TSD Consulting LLP dari Singapura. Keduanya menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) pada 17 Juli lalu dan merumuskan berbagai program serta terobosan.
Kepala CoE UMM, Prof Damat mengatakan, ruang lingkup kerja sama ini sangat luas. Salah satu yang bisa dikolaborasikan adalah berbagai kegiatan penelitian dan pengabdian dari UMM. Misalnya, pengembangan pembangkit listrik tenaga mikro hidro.
Selain itu, kerja sama juga dapat menyentuh aspek agrikultur yang meliputi produktivitas lahan, penggunaan pestisida berlebihan dan seret lainnya. "Tentu ada diskusi lebih lanjut agar bisa merumuskan ide-ide konkret dan bisa langsung diimplementasikan,” ujarnya.
Sementara itu, pendiri TSD, Aldirn Tee menjelaskan, pihaknya memiliki misi untuk menyelesaikan berbagai masalah dunia. Termasuk di dalamnya poin-poin sustainable development goals (SDG’s).
Namun tidak hanya terbatas pada SDG’s, ia memiliki tiga poin utama lain yakni lingkungan, sosial, dan pemerintahan. Menurut dia, pihaknya sudah membangun berbagai kerja sama dengan banyak negara.
Misalnya, dengan Filipina, Brazil, India, Taiwan, dan lainnya. Total ada belasan negara dan lebih dari 50 partner di belahan dunia. Ia menegaskan, dalam kerja sama ini para pihak bisa saling bertukar ilmu dan pengalaman.
Kemudian saling bekerja sama untuk memberikan dampak positif bagi dunia. Itu artinya, kolaborasi antara elemen seperti universitas, pemerintah, bahkan juga bisnis komersial akan bisa memberikan dampak besar.
Salah satu yang Aldirn sebut adalah komunitas pelindung pohon bakau yang ada di Tuban. Pihaknya bekerja sama dengan sekolah dan juga sosok Ali Manshur yang sudah berupaya menjaga mangrove dari 30 tahun lalu pihaknya membangun komunitas.
Rencananya, tidak hanya menumbuhkan komunitas tersebut di Tuban, tapi juga akan dikembangkan di berbagai wilayah. Ia juga menilai, kerja sama dengan UMM menjadi langkah bagus.
Ada banyak sektor yang bisa dikembangkan termasuk menghasilkan program spin off, yakni berbentuk produk dan jasa.
“Kebanyakan riset hanya disimpan di perpustakaan dan tidak memberikan dampak signifikan. Maka, kita akan menggaet perusahaan untuk menciptakan produk maupun jasa yang benar-benar nyata. Apalagi dengan adanya Center of Excellence (CoE),” katanya.