REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Pekan lalu komisi eksekutif Uni Eropa mengumumkan rencana merekrut profesor ekonomi dari Yale, Fiona Scott Morton sebagai kepala ekonom persaingan usaha di departemen yang memastikan "semua perusahaan bersaing dengan setara dan adil berdasarkan kemampuan mereka di pasar tunggal, untuk memberi manfaat pada konsumen, bisnis dan ekonomi Eropa secara keseluruhan."
Presiden Prancis Emmanuel Macron kesal dengan rencana tersebut. "Apakah benar tidak ada peneliti Eropa yang bagus dengan kualifikasi akademik yang bisa melakukan pekerjaan ini?" kata Macron saat ditanya mengenai hal itu dalam pertemuan pemimpin Uni Eropa dan Amerika Latin, Selasa (18/7/2023).
"(Dari sekitar 450 juta populasi Uni Eropa) apakah tidak ada satu pun dari 27 negara anggota yang memiliki peneliti cukup baik untuk menjadi penasihat bagi Komisi (Eropa)? Itu pertanyaan sebenarnya," kata Macron.
Macron menegaskan tidak menolak Scott Morton, seorang ekonom dengan gelar dari sekolah-sekolah bergengsi. Namun presiden Prancis itu meminta jawaban dari komisi dan menyarankan agar statuta Uni Eropa melarang warga non-Eropa menduduki jabatan tinggi di blok itu.
Macron menegaskan ketika Uni Eropa ingin independensi strategis dalam persaingan global "kita membutuhkan pemikiran yang otonom. Kita harus membentuk semangat dan menggunakannya," katanya.
Ia menambahkan merekrut orang Amerika untuk jabatan seperti itu "belum tentu merupakan keputusan yang paling koheren."
Kepala Persaingan Usaha Komisi Eropa Margrethe Vestager mempertahankan keputusannya kontroversialnya itu saat ditanyai komite Parlemen Uni Eropa.
"Adalah salah jika komisi dan orang Eropa tidak mendapatkan nasihat ekonomi terbaik, dan tidak banyak orang yang dapat memenuhi peran khusus ini," katanya.