REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Makanan halal yang menjadi kebutuhan umat Islam belakangan menjadi polemik di publik. Anggota DPR Siti Mukaromah mengajak masyarakat mengutamakan kearifan dalam melihat polemik tersebut.
Ia mengatakan, baik bagi masyarakat yang mengonsumsi makanan halal maupun yang tidak halal perlu arif bersikap. Bagi yang mengonsumsi makanan tidak halal, anggota DPR yang akrab disapa Erma mempersilakan mereka untuk menikmati itu.
"Tapi, harus hati-hati dan tidak asal, jangan sembarangan, jangan membuat situasi-situasi yang justru akan menambah gaduh masyarakat," kata Erma kepada Republika, Kamis (20/7/2023).
Erma merasa, setiap Muslim pasti akan mempersilakan masyarakat yang memang mengonsumsi makanan tidak halal untuk menikmatinya. Tapi, tidak perlu pula mempublikasi, menjadikannya konten-konten untuk terkenal.
Apalagi, tindakan itu dilakukan di tempat-tempat yang masyarakatnya memang membutuhkan kehalalan. Erma berharap, masyarakat tidak malah menjadikan tindakan seperti itu sarana untuk menambah keterkenalan.
"Di sini, kearifan, saling menghormati diperlukan, kearifan menghargai," ujar Erma.
Anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi PKB ini menekankan, masyarakat perlu pula arif melihat mana yang bisa dijadikan konten dan mana yang tidak. Apalagi, menyangkut isu-isu sensitif yang diperhatikan publik.
Erma menyarankan, pembuat konten media sosial perlu menjaga diri agar tidak membuat konten yang bisa membuat kegaduhan. Apalagi, mengonsumsi makanan seperti itu di tempat umum yang publiknya membutuhkan kehalalan.
Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa itu menambahkan, mayoritas masyarakat memang membutuhkan sertifikasi halal. Bahkan, pemerintah sudah membuat aturan agar pelaku kuliner bisa memenuhi kebutuhan itu.
"Sehingga, ada jaminan agar makanan itu bisa dikonsumsi siapa pun," kata Erma.