REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof Drs KH Yudian Wahyudi, menjadi Keynote Speaker kegiatan Ceramah Ilmiah Pancasila Sebagai Landasan Geopolitik Indonesia, diselenggarakan di Aula Gedung III, Kementerian Sekretariat Negara, Jakarta, Jumat lalu. Dalam kesempatan tersebut, Yudian menegaskan pentingnya peran Pancasila sebagai ideologi negara dan landasan geopolitik Indonesia.
"Pancasila bukan hanya sekadar sebuah simbol atau semangat kebangsaan, tetapi juga sebuah falsafah yang menjadi pijakan kuat dalam menghadapi berbagai tantangan geopolitik yang dihadapi Indonesia," ujar Yudian, dalam keterangan tertulis, Ahad (23/7/2023).
Dosen Unhan Dr Ir Hasto Kristiyanto, juga mengupas tuntas konsep Pancasila sebagai landasan geopolitik Indonesia. Pemikiran geopolitik Soekarno didasari pada ideologi Pancasila, bertujuan untuk membangun tata dunia baru.
"Kemudian berdasarkan prinsip bahwa dunia akan damai apabila bebas dari imperialisme dan kolonialisme, serta pentingnya menggalang solidaritas antarbangsa guna mewujudkan struktur dunia yang demokratis, sederajat, berkeadilan," kata Hasto.
"Pancasila menjadi alat penting dalam membentuk hubungan politik dan ekonomi dengan negara-negara lain serta mengambil peran strategis dalam menghadapi perubahan dinamika global," tambahnya.
Tidak hanya itu, Hasto menyampaikan mengenai hubungan antara konsep-konsep geopolitik dan nilai-nilai Pancasila. Dengan pengetahuan dan pengalamannya, beliau menguraikan bagaimana Pancasila berperan sebagai pilar penting dalam menjaga stabilitas politik, pertahanan, dan hubungan internasional Indonesia.
Acara ceramah ilmiah tentang 'Pancasila sebagai Landasan Geopolitik Indonesia' ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan kesadaran mengenai pentingnya Pancasila sebagai landasan geopolitik Indonesia, serta memperkuat semangat untuk tetap menjunjung tinggi nilai-nilai luhur yang terkandung dalam ideologi negara ini. Hasto juga menilai pemikiran geopolitik Soekarno harus menjadi landasan pengambilan kebijakan politik luar negeri dan pertahanan Indonesia untuk mewujudkan kedaulatan negara.
“Pemikiran geopolitik Bung Karno pada dasarnya ilmu kepemimpinan Indonesia bagi dunia dengan menggunakan tujuh instrumen kekuatan Nasional yang harus terus disimulasikan menjadi keunggulan melalui diplomasi penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi,” kata Hasto.
Hasto mencontohkan dalam kebijakan pertahanan negara, Soekarno melakukan pembelian Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) dengan menggunakan pendekatan geopolitik yaitu posisi Indonesia yang strategis dalam kancah global.