REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kemuliaan Tanah Suci Makkah tidak terlepas dari adanya sebuah batu yang juga penuh kemuliaan, yaitu Hajar Aswad. Umat Muslim yang beribadah di Masjidil Haram berbondong-bondong untuk bisa mencium batu tersebut.
Orang Makkah menyebut Hajar Aswad dengan "Al-Hajar Al-As'ad" atau batu kebahagiaan. Suatu kali Umar bin Khattab pernah berkata tentang Hajar Aswad.
روي عن عمر بن الخطاب أنه لما استقبل الحجر قال: "إني أعلم أنك حجر لا تضر ولا تنفع، ولولا أني رأيت النبي -صلى الله عليه وسلم- يقبلك ما قبلتك".
Umar bin Khattab mendatangi Hajar Aswad lalu menciumnya, kemudian berkata, "Sungguh aku tahu kamu hanya batu yang tidak bisa mendatangkan mudharat maupun manfaat. Namun kalau bukan karena aku telah melihat Nabi SAW menciummu, tentu aku tidak akan menciummu."
Hajar Aswad adalah bagian dari Ka'bah yang terletak di sudut tenggara Ka'bah dari luar. Ini adalah titik di mana thawaf dimulai dan berakhir. Artinya, Hajar Aswad menyimpan arti tersendiri bagi umat Muslim.
Hajar Aswad adalah batu berbentuk lonjong. Berdasarkan turots Islam, Hajar Aswad dibawa oleh Malaikat Jibril dari surga kepada Nabi Ibrahim AS, untuk ditempatkan di Baitullah.
Rasulullah SAW pernah bersabda:
"إن الحجر الأسود من الجنة وكان أشد بياضاً من الثلج واللبن ولكن سودته خطايا بني آدم".
"Hajar Aswad itu berasal dari surga, lebih putih dari salju dan susu, tetapi dihitamkan oleh dosa-dosa keturunan Adam." (HR Tirmidzi dari jalur Abdullah bin Abbas)
Letak Hajar Aswad sekitar setengah meter dari permukaan tanah, dan dibingkai dengan perak murni. Sebagian sejarawan dalam penjelasannya tentang Hajar Aswad, melihat warna gelap di sebagian sisi Hajar Aswad, dan sisanya berwarna putih, dengan panjang satu hasta.
Disebutkan pula bahwa Hajar Aswad terdiri dari 15 keping batu yang masing-masing berbeda ukuran. Jamaah haji dan umrah hanya bisa melihat delapan keping batu. Sedangkan tujuh keping sisanya dilapisi dengan bahan campuran lilin, kasturi, dan ambar yang diletakkan di atas batu mulia tersebut.