REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Penilaian Perusahaan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) I Gede Nyoman Yetna memastikan rencana initial public offering (IPO) PT Pertamina Hulu Energi atau PHE di pasar modal Indonesia masih terus berlangsung.
"PHE masih ada di pipeline kami, tentunya kami menunggu perkembangan berikutnya dari PHE sendiri," ujar Nyoman di depan awak media di Gedung BEI, Jakarta, Senin (24/7/2023).
Seiring dengan itu, saat ini BEI masih menunggu tindak lanjut dari anak usaha PT Pertamina (Persero) tersebut terkait dengan rencana aksi korporasinya.
"Kami menunggu update dari PHE, dalam hal ada perubahan-perubahan tertentu," ujar Nyoman.
Sementara, terkait dengan rencana IPO subholding bidang kelapa sawit milik PT Perkebunan Nusantara III (Persero) atau PTPN III, yaitu Palmco, Nyoman menyebut BEI belum menerima dokumen terkait rencana IPO perusahaan terkait.
"Yang disebutkan (Palmco) belum kasih dokumen, PHE tunggu perkembangan," kata Nyoman.
Sebelumnya, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menyebutkan, IPO PHE merupakan salah satu upaya Pertamina untuk meningkatkan market cap hingga 100 miliar dolar Amerika Serikat (AS). Dalam aksi korporasinya nanti, Pertamina Hulu Energi di gadang-gadang berpotensi memperoleh dana segar mencapai Rp 20 triliun, atau menjadi IPO yang terbesar pada tahun ini.
Seiring dengan aksi IPO tersebut, perseroan berencana melakukan akuisisi sejumlah blok migas. Salah satu yang sedang dirampungkan adalah akuisisi 35 persen hak partisipasi Shell di Blok Masela.
Salah satu anak usaha Pertamina, yaitu PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) telah lebih dulu mencatatkan saham perdana di BEI pada Februari tahun ini, dengan meraih dana sebesar Rp 9,05 triliun. Aksi korporasi tersebut sebagai upaya mendukung rencana PGE dalam mengembangkan kapasitas terpasang perseroan sebesar 600 MW (megawatt) hingga 2027 mendatang.